Filsafat Sejarah Pemikiran Karl Marx (1)

Latar Belakang Timbulnya Pemikiran Karl Marx
Karl Marx adalah seorang anak dari zaman Revolusi Industri yang saat itu sedang melanda eropa. Berkembangnya kapitalisme dan revolusi industri telah melahirkan banyak masalah baru. Pertumbuhan penduduk naik dengan cepat, banyak orang daerah yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan sehingga timbul krisis di perkotaan. Pemukiman kumuh muncul dimana-mana. Kaum wanita dan anak-anak di ekspliotasi dan dipekerjakan dengan jam kerja yang lama, melelahkan serta diperlakukan kurang manusiawi. Rakyat miskin perkotaan benar-benar hidup dalam penderitaan sehingga melahirkan banyak pemberontakan buruh. Pada saat seperti inilah karl Msrx lahir, berkembang dan menelurkan gagasannya (Zazuli, 2009: 74).
Industri-industri besar menelan modal yang besar dan hal ini sama artinya dengan kekuasaan ekonomi di tangan segelintir orang. Karl Marx menunjukkan betapa kaum buruh menjadi semakin miskin (Ramly, 2000: 24).
 
Revolusi industri menyebabkan perubahan drastis dalam hubungan masyarakat. Tidak semua orang menarik keuntungan dari berkat-berkat kemajuan teknis ekonomi ini, yang begitu disanjung orang. Terciptalah suatu masyarakat kelas bahwa para pemilik mempunyai kepentingan yang sama sekali lain dari kepentingan orang miskin. Kemiskinan itu menjadi suatu fenomena struktural dan berkembang, terutama di kota-kota yang tumbuh pesat, dengan ukuran massal (Noordegraff, 2004: 105)
 
Zaman pencerahan tidak mendukung perkembangan cita-cita sosialis karena dimotori oleh kelas borjuasi dan borjuasi memperjuangaan kebebasan politik untuk dapat bebas berusaha dan berdagang justru agar dapat mengumpulkan milik pribadi sebebas-bebasnya. Yang mereka tuntut adalah kesamaan politis dan kesamaan di depan hukum, dan bukan kesamaan ekonomis (Suseno dan Magnis, 2001: 18)
 
Pandangan-pandangan sosialis modern terbentuk antara 1789 (Permulaan Revolusi Perancis) dan 1848 (Revolusi 1848). Ada dua persitiwa yang menjadi konteks kelahiran cita-cita sosialisme modern itu: Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri. Revolusi perancis menulis tuntutan kesamaan di atas bendera etikanya. Dan Revolusi Industri menciptakan proletariat industrial yang dengan paling tajam memperlihatkan bahwa masyarakat justru tidak sama, melainkan terpecah antara mereka yang kaya, seringkali kaya raya, dan mereka yang melarat tanpa harapan Proletariat sekaligus akan merupakan kelas yang mengembangkan kekuatan untuk memperjuanganlan penghapusan jenjang yang tidak etis itu. Pendek kata, keadaan buruk kaum buruh industri menjadi katalisator yang mendorong para filosof untuk memperluas tuntutan kesamaan ke bidang ekonomi (Suseno dan Magnis, 2001: 18).
 
Dengan perlahan-lahan menjadi jelas bahwa perkembangan ekonomi bebas, yang didalamnya pemerintah tidak melibatkan dirinya, mempunyai pengaruh-pengaruh negatif untuk kaum buruh. Itulah sebabnya gerakan buruh mulai mengoperasikan dirinya dalam berbagai perserikatan pekerja dan mencoba memperoleh pengaruh politik. Orang lain lagi ingin memaksakan berbagai perubahan melalui jalan lebih radikal (Noordegraaf, 2004: 105).
 
Keyakinan dasar para pemikir sosialis modern adalah bahwa secara prinsipil produk pekerjaan merupakan milik si pekerja, milik bersama dianggap tuntutan akal budi. Diyakini bahwa masyarakat akan berjalan dengan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan hak milik pribadi. Kata “sosialisme” sendiri muncul di Perancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata “komunisme” dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu bukan dari kebaikan pemerintah, meelainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri (Suseno dan Magnis, 2001:19).
 
Karl Marx menyaksikan eksploitasi kejam yang diderita oleh para buruh pabrik di Eropa pada permulaan fajar munculnya revolusi Industri serta kapitalisme terpimpin. Semua itu mendorong Karl Marx untuk mengambil kesimpulan dari filsafat sejarah, satu filsafat yang dapat ia gunakan untuk menganalisis problematika masyarakat dan politik. Akhirnya, dari aliran filsafat Hegel yang idealis, Karl Marx menemukan konsep kontradiksi dialektika, untuk kemudian Karl Marx tafsirkan dengan konsep tersebut sejarah manusia dengan satu penafsiran yang berbeda dengan idealisme Hegel. Akhirnya, Karl Marx menafsirkan bahwa sejarah manusia berdiri diatas konflik yang berkepanjangan antara kelas orang-orang yang dieksploitasi dan kelas orang-orang yang melakukan eksploitasi (Hamid, 2001: 268).

Pengunjung