MAKALAH PENGELOLAAN KELAS DI SD (PENGELOLAAN PERABOT KELAS, TEMPAT DUDUK, PEMBELAJARAN, PENGORGANISASIAN KBM)

BAB I
PENGELOLAAN KELAS DAN PEMBELAJARAN
DI SD NEGERI NAGARAWANGI 3

 A.    Pengelolaan Perabot Kelas
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar serta mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Kelas merupakan tempat bagi siswa dan guru untuk berinteraksi secara formal dalam pembelajaran. Untuk itu, ruangan kelas hendaknya ditata supaya siswa nyaman berada dalam ruangan kelas tersebut. Setiap ruangan kelas berisi perabot yang berfungsi untuk menunjang pembelajaran. Perabot kelas yang harus ada pada setiap kelas antara lain :
1.      Meja siswa
2.      Kursi siswa
3.      Meja guru beserta kursinya
4.      Lemari guru
5.      Rak buku dan rak pajangan untuk memajang hasil karya siswa.
6.      Papan tulis (blackboard atau whiteboard)
7.      Alat tulis (penghapus, kapur dan spidol)
8.      Foto Presiden dan Wakil Presiden beserta Lambang Negara Burung Garuda
9.      Daftar regu piket harian, jadwal pelajaran, papan absensi dan struktur organisasi siswa
10.  Gambar-gambar atau alat peraga dan media pembelajaran.
11.  Ember dan lap untuk cuci tangan
12.  Alat kebersihan (sapu, kemoceng dan tempat sampah)
Perabotan di atas disimpan pada tempat yang mudah dijangkau agar pada saat dibutuhkan, siswa dapat mengambilnya sendiri. Dinding kelas juga dapat digunakan untuk tempat memajang hasil karya siswa. Semua perabot kelas hendaknya dipelihara dengan baik oleh guru maupun oleh siswa. Disamping perabot kelas di atas, ventilasi, jendela dan pengaturan cahaya juga mempengaruhi kenyamanan siswa di kelas. Ventilasi dan jendela harus disesuaikan agar sirkulasi udara masuk dengan udara keluar berlangsung secara terus-menerus. Dengan begitu, udara di dalam kelas tidak akan terasa pengap. Daun jendela juga harus diperhatikan agar tidak mengganggu lalu lintas.

B.     Pengelolaan Tempat Duduk Siswa
Selain memperhatikan perabot kelas agar tidak menggangu dan memberikan rasa nyaman kepada siswa, pengelolaan tempat duduk siswa juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Sebab hal ini akan berpengaruh juga terhadap kelancaran pegaturan proses belajar mengajar. Pengaturan diperlukan agar siswa tidak jenuh terhadap tempat duduk mereka. Ada beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk siswa, diantaranya :
1.      Pola berderet atau berbaris berjajar
2.      Pola susunan berkelompok
3.      Pola formasi tapal kuda
4.      Pola lingkaran atau persegi
5.      Pola setengah lingkaran
Pengaturan tempat duduk yang tepat dan baik dapat mendukung hasil belajar. Guru dapat menggeser bangku atau meja agar siswa dapat terfokus pada pelajaran atau tugas yang dihadapi. Mengatur tempat duduk dalam bentuk leter U atau tapal kuda, atau lingkaran, hal ini memudahkan untuk memandang maupun berpindah untuk siswa dan guru. Meskipun posisi tempat duduk dirubah, guru harus tetap memperhatikan jarak antara meja yang satu dengan meja yang lain cukup, tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat serta siswa tidak kesulitan saat memperhatikan papan tulis.

C.    Pengelolaan Pembelajaran
Kurikulum sebagai inti dari pendidikan dan berpengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan kata lain kurikulum merupakan acuan untuk menjalankan komponen-komponen pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum, tiap komponen kurikulum berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Dari kurikulum itulah disusun silabus pembelajaran per semester dan selanjutnya akan disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh guru kelas setiap harinya.
Pengelolaan pembelajaran merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang guru untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,  kelas rendah menggunakan pendekatan tematik yang, yakni kelas I, II, III dan pembelajaran per mata pelajaran yang diterapkan pada kelas tinggi, yakni kelas IV, V, VI. Pembelajaran di kelas akan berjalan baik bila didukung dengan persiapan yang baik pula. Untuk itu guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara matang. Guru juga harus menyiapkan alat peraga atau media yang relevan dengan tema apa yang akan dipelajari hari itu. Feed back dari siswa diukur sebagai berhasilnya proses pembelajaran. Selain itu juga dapat diukur dengan tes tertulis maupun tes lisan. Pembelajaran juga tidak hanya semata-mata berlangsung di ruang kelas, bias juga guru melakukan pembelajaran di luar kelas. Misalnya pada mata pelajaran IPA materi energi panas kelas IV semester 2, untuk mengenalkan konsep panas secara jelas dan mencegah timbulnya miskonsepsi terhadap siswa, guru melakukan pembelajaran di lingkungan luar kelas dengan mengenalkan tentang sumber-sumber panas atau hal-hal yang berkaitan dengan energi panas.

D.    Pengelolaan Media dan Sarana Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat perlengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Pengelolaan ini dilakukan mulai dari perencanaan, pengadaan, pemeliharaan dan penataan lahan bangunan, perlengkapan sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran dapat berupa media visual, audio maupun audio visual. Media, sarana dan prasarana yang digunakan hendaknya relevan dengan yang dibutuhkan dan tidak mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar.

BAB II 
PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF 
DI SD NEGERI NAGARAWANGI 3

A.    Kelas Rendah (Kelas III)
Siswa kelas III SD Negeri Nagarawangi 3 terdiri dari kelas A dan kelas B. Kelas A berjumlah 30 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan kelas B berjumlah 30 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Untuk kelas rendah masuk sekolah pada pagi hari.
B.     Pengorganisasian KBM
Pengorganisasian KBM di sekolah dasar merupakan salah satu tugas utama guru selama proses KBM berlangsung. Hal ini dilakukan agar proses KBM berjalan secara kondusif. Untuk itu, guru harus mempunyai perencanaan yang matang sebelum melakukan pembelajaran, misalnya pembuatan RPP, metode yang akan digunakan serta media dan alat peraga yang mendukung atau relevan terhadap pembelajaran atau materi yang akan disampaikan.
Setelah observer melakukan observasi di kelas rendah, kegiatan belajar mengajar sesuai dengan karakteristik anak pada usia kelas rendah, mereka lebih sulit untuk diarahkan atau difokuskan pada pembelajaran. Guru harus benar-benar menciptaan kondisi kelas yang PAKEMI. Siswa yang masih berpikir konkret memerlukan contoh-contoh yang nyata agar mereka paham mengenai konsep materinya. Untuk itulah diperlukan bimbingan yang maksimal dari guru kelas.

C.    Pengorganisasian Siswa di Kelas
Siswa merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu, guru harus mengkondisikan atau mengorganisasi siswa agar siswa nyaman dalam pembelajaran. Pengkondisian atau pengorganisasian siswa haruslah memperhatikan situasi, kondisi dan karakteristik siswa. Pada saat observasi di kelas rendah yaitu kelas III SD Negeri Nagarawangi 3, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar. Mereka lebih menyukai pembelajaran yang ada unsur bermainnya. Sehingga guru harus memiliki tingkat kreatif yang tinggi agar siswa tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang susah sekalipun.

D.    Penataan Ruangan atau Kelas
Ruang belajar atau kelas merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ruang belajar tersebut meliputi ruang kelas, ruang laboratorium dan ruangan auditorium. Menurut aturan Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996) ruangan kelas harus memenuhi syarat dan memungkinkan siswa dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, cukup cahaya yang masuk  dan ada sirkulasi udara, daun jendela tidak mengganggu lalu lintas, sehingga terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Pada SD Negeri Nagarawangi 3, setiap ruang kelas telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996).
Penataan ruangan atau kelas di SD Negeri Nagarawangi 3 ini agak berbeda dari sekolah biasanya. Karena SD ini bertingkat, maka kelas untuk kelas I dan II berada di lantai bawah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan siswa karena siswa pada umur 7 atau 8 tahun masih senang-senangnya berlari-larian. Ruangan kelas yang terdiri dari 6 kelas digunakan secara bergantian. Pagi hari untuk kelas rendah, yakni kelas I, II, III dan pada siang hari digunakan untuk kelas tinggi, yakni kelas IV, V, VI. Penataan ruangan kelas III sudah cukup bagus dan memperhatikan aspek-aspek yang harus diperhatikan, seperti ukuran ruangan kelas yang luas disertai dengan jendela dan ventilasi yang memadai.

E.     Penataan Perabot Kelas dan Media Pembelajaran
Penataan perabot kelas dan media pembelajaran sudah memenuhi standar. Hal tersebut terlihat pada SD Negeri Nagarawangi 3 di kelas III. Ruangan kelas berisi perabot dan media yang berfungsi untuk menunjang pembelajaran. Perabot kelas  dan media tersebut antara lain :
a.       Meja kelas sebanyak 20 buah ditata 5 berbanjar ke belakang dan 4 ke samping.
b.      Kursi kelas sebanyak 40 buah ditata menyesuaikan meja.
c.       Meja guru beserta kursinya sebanyak 1 buah ditata di pojok kanan depan meja siswa.
d.      Lemari guru sebanyak 1 buah ditata di dekat meja guru.
e.       Rak buku dan rak pajangan masing-masing sebanyak 1 buah ditata di dekat lemari guru.
f.       Papan tulis (whiteboard) ditata di depan meja siswa.
g.      Alat tulis (penghapus dan spidol masing-masing sebanyak 1 buah) ditata di dekat papan tulis (whiteboard).
h.      Foto Presiden dan Wakil Presiden beserta Lambang Negara Burung Garuda yang ditempatkan di dinding atas.
i.        Kaligrafi sebanyak 1 buah ditempatkan di bawah foto dan lambing.
j.        Daftar regu piket harian, jadwal pelajaran, dan struktur organisasi siswa yang ditempel di dinding belakang ruangan kelas.
k.      Bank data siswa, peta-peta dan foto-foto pahlawan nasional yang terpampang di dinding belakang ruangan kelas kelas.
l.        Hiasan jendela karya siswa dan gorden yang digantungkan di jendela.

F.     Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Digunakan Berikut Alasannya
Pada saat observasi, SD Negeri Nagarawangi 3 juga menerapkan pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan yang dipakai pada kelas rendah yakni pendekatan otoriter, yakni guru yang berperan dalam menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian di kelas, tujuannya untuk mengendalikan perilaku siswa. Hal ini dilakukan oleh guru kelas III SD Negeri Nagarawangi 3 karena dianggap lebih efektif untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di kelas. Strategi-strategi yang digunakan dalam pendekatan ini juga disesuaikan dengan karakteristik siswa pada kelas rendah dan membantu siswa menemukan jati dirinya. Dalam pelaksanaannya, guru tidak memaksakan kepatuhan dan tidak merendahkan siswanya, serta tidak bertindak kasar kepada siswa. Guru kelas dengan segala otoritasnya bertindak untuk kepentingan siswa itu sendiri.

G.    Pembinaaan Disiplin Kelas
Disiplin tidak selamanya berkaitan dengan kekerasan. Itulah yang diterapkan di kelas III SD Negeri Nagarawangi 3. Usia anak pada kelas ini masih tergolong labil. Siswa akan cenderung takut apabila selalu disalahkan ketika mereka membuat kesalahan. Guru harus pandai-pandai mengkondisikan kelas dan memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan keaktifannya di kelas. Ketika siswa membuat kegaduhan, guru kelas III langsung mengarahkan dengan cara-cara yang halus dan tentu saja memberikan teguran. Pada saat observasi, disiplin ini juga muncul ketika akan dimulainya kegiatan belajar mengajar. Siswa tertib masuk ke dalam kelas dan serentak memberi salam dipimpin oleh ketua kelasnya.

 H.    Masalah Kelas dan Penanggulangannya
Pada waktu pembelajaran masalah yang sering terjadi yaitu masalah intern siswa. Misalnya siswa yang usil mengganggu teman sebangku atau teman yang lainnya, siswa yang berlarian ketika pembelajaran masih berlangsung, siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran dan siswa yang mengobrol dengan teman lainnya. Hal tersebut sering kali terjadi sewaktu pembelajaran. Guru harus dapat mengubah semua kondisi di atas dengan berbagai cara yang mendukung. Guru kelas sering kali mengarahkan agar siswa untuk diam dan memperhatikan penjelasan guru, memberikan teguran kepada siswa yang membuat kegaduhan, terkadang guru juga memindahkan tempat duduk siswa ke depan atau menghampiri siswa yang membuat kegaduhan tersebut. Semua hal di atas dilakukan oleh guru dengan tujuan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal.

1.      Kelas Tinggi (Kelas IV)
Siswa kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3 terdiri juga dari kelas A dan kelas B. Kelas A berjumlah 38 siswa, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan kelas B berjumlah 36 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Untuk kelas tinggi masuk sekolah pada siang hari.

2.      Pengorganisasian KBM
Pengorganisasian KBM di sekolah dasar merupakan salah satu tugas utama guru selama proses KBM berlangsung. Hal ini dilakukan agar proses KBM berjalan secara kondusif. Untuk itu, guru harus mempunyai perencanaan yang matang sebelum melakukan pembelajaran, misalnya pembuatan RPP, metode yang akan digunakan serta media dan alat peraga yang mendukung atau relevan terhadap pembelajaran atau materi yang akan disampaikan.
Setelah observer melakukan observasi di kelas tinggi, kegiatan belajar mengajar lebih mudah dibandingkan dengan kelas rendah. Siswa lebih mandiri dalam melakukan pembelajaran sehingga guru tidak mengalami kesulitan. Kemandirian siswa ini menyebabkan mereka dapat menemukan informasi dari sumber lain, baik dari buku maupun internet. Meskipun demikian, guru harus tetap mengawasi siswa-siswanya dalam belajar. Karena pada usia ini, rasa ingin tahu siswa terhadap suatu hal lebih besar. Mereka juga lebih suka terhadap hal-hal yang baru mereka temui.

3.      Pengorganisasian Siswa di Kelas
Siswa merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu, guru harus mengkondisikan atau mengorganisasi siswa agar siswa nyaman dalam pembelajaran. Pengkondisian atau pengorganisasian siswa haruslah memperhatikan situasi, kondisi dan karakteristik siswa. Pada kelas tinggi yaitu kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3, siswa dilatih untuk belajar mandiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa dilatih untuk dapat menemukan informasi dari sumber-sumber lain. Jadi pada kelas tinggi, menerapkan pendekatan student centered, yakni pembelajaran berpusat pada siswa.

4.      Penataan Ruangan atau Kelas
Ruang belajar atau kelas merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ruang belajar tersebut meliputi ruang kelas, ruang laboratorium dan ruangan auditorium. Menurut aturan Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996) ruangan kelas harus memenuhi syarat dan memungkinkan siswa dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, cukup cahaya yang masuk  dan ada sirkulasi udara, daun jendela tidak mengganggu lalu lintas, sehingga terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Pada SD Negeri Nagarawangi 3, setiap ruang kelas telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996).
Penataan ruangan di kelas IV ini tidak jauh berbeda dengan kelas rendah. Kelas ditata rapi dengan memperhatikan kenyamanan siswa dalam pembelajaran, seperti penempatan lemari yang diletakkan di sebelah kanan dekat dengan meja guru. Hal tersebut membuat ruang kelas tidak terlalu sempit meskipun terdapat lemari.

E.     Penataan Perabot Kelas dan Media Pembelajaran
Penataan perabot kelas dan media pembelajaran di kelas IV tidak jauh berbeda dengan kelas rendah yang sudah memenuhi standar. Ruangan kelas berisi perabot dan media yang berfungsi untuk menunjang pembelajaran. Berbeda dengan media pada kelas rendah, media pembelajaran pada kelas tinggi lebih kompleks dari kelas rendah, contohnya adanya torso (replika manusia) di kelas tersebut. Perabot kelas  dan media tersebut antara lain :
a.       Meja kelas sebanyak 20 buah ditata 5 berbanjar ke belakang dan 4 ke samping.
b.      Kursi kelas sebanyak 40 buah ditata menyesuaikan meja.
c.       Meja guru beserta kursinya sebanyak 1 buah ditata di pojok kanan depan meja siswa.
d.      Lemari guru sebanyak 1 buah ditata di dekat meja guru.
e.       Rak buku dan rak pajangan masing-masing sebanyak 1 buah ditata di dekat lemari guru.
f.       Papan tulis (whiteboard) ditata di depan meja siswa.
g.      Alat tulis (penghapus dan spidol masing-masing sebanyak 1 buah) ditata di dekat papan tulis (whiteboard).
h.      Foto Presiden dan Wakil Presiden beserta Lambang Negara Burung Garuda yang ditempatkan di dinding atas.
i.        Kaligrafi sebanyak 1 buah ditempatkan di bawah foto dan lambing.
j.        Daftar regu piket harian, jadwal pelajaran, dan struktur organisasi siswa yang ditempel di dinding belakang ruangan kelas.
k.      Bank data siswa, peta-peta dan foto-foto pahlawan nasional yang terpampang di dinding belakang ruangan kelas kelas.
l.        Hiasan jendela karya siswa dan gorden yang digantungkan di jendela.

F.     Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Digunakan Berikut Alasannya
Pada saat observasi, SD Negeri Nagarawangi 3 juga menerapkan pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan yang dipakai pada kelas tinggi, guru menerapkan pendekatan pengubahan perilaku (behavior modification). Pendekatan ini dipilih karena memperhatikan karakteristik siswa kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3. Pada usia ini, reward dari guru merupakan sesuatu yang berharga bagi dirinya. Jadi setiap siswa berlomba-lomba untuk mendapatkan reward dari guru atas apa yang telah mereka kerjakan.

G.    Pembinaaan Disiplin Kelas
Meskipun siswa kelas IV termasuk siswa kelas tinggi, tetapi dalam hal disiplin mereka juga tidak jauh berbeda dengan siswa kelas rendah. Mereka sering membuat kegaduhan di kelas. Guru harus tetap mengawasi jalannya kegiatan belajar mengajar di kelas agar tujuan pembelajaran tetap tercapai.

H.    Masalah Kelas dan Penanggulangannya
Pada umumnya masalah yang terjadi di dalam kelas III dan IV SD Negeri Nagarawangi 3 hampir sama. Meskipun kelas IV tergolong kelas tinggi, ternyata tidak menutup kemungkinan untuk mereka melakukan kegaduhan di kelas. Misalnya siswa yang usil mengganggu teman sebangku, siswa yang berlarian ketika pembelajaran masih berlangsung, siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran dan siswa yang mengobrol dengan teman lainnya. Sebagai guru, kita harus mengetahui sebab-sebab mengapa mereka melakukan hal tersebut. Hal itu dilakukan agar usaha penanggulangan berjalan efektif dan efisien. Penanggulangan ini juga tidak jauh berbeda dengan kelas III, seperti mengarahkan agar siswa untuk diam dan memperhatikan penjelasan guru, memberikan teguran kepada siswa yang membuat kegaduhan. Semua hal di atas dilakukan oleh guru dengan tujuan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal.

BAB III
PENGALAMANKU DI KELAS

A.    Pengalaman Menata Kelas (penataan tempat duduk bentuk tapal kuda dan lingkaran)
1.      Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Alam
2.      Kelas / Jam ke             : III / 1
3.      Metode atau strategi yang digunakan
Metode yang digunakan oleh observer antara lain metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi dan metode pemberian tugas.
4.      Media atau alat peraga yang dipakai
Media atau alat peraga menggunakan media visual yaitu berupa gambar dan media audio visual berupa video pembelajaran.
5.      Respon siswa
Ketika observer melakukan pembelajaran dengan siswa, terlihat sekali siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dikarenakan suasana baru yang dibawa oleh observer dan pembelajaran yang berbasis IT pula. Karena pada saat pembelajaran dengan guru kelas jarang sekali menggunakan sarana yang berhubungan dengan teknologi, misalnya laptop dan in focus. Hal tersebut tergolong baru bagi siswa sehingga siswa lebih bersemangat lagi dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu, praktikan juga mengubah posisi tempat duduk siswa menjadi berbentuk tapal kuda dan setengah lingkaran. Meskipun sedikit kesulitan dalam mengubah posisi tempat duduk, tetapi siswa merasa senang dengan hal itu. Siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar karena terciptanya suasana baru di kelas.
6.      Respon guru kelas
Respon guru kelas terhadap pembelajaran yang praktikan lakukan sangat bagus. Guru kelas juga memperoleh pengalaman belajar baru yang berbasis IT. Guru sangat mendukung ketika sehari sebelum pembelajaran observer meminta pendapat akan menggunakan media visual dan media audio visual serta menggunakan pembelajaran berbasis IT. Selain itu, guru juga memberikan saran-sarannya ketika praktikan sudah selesai melakukan proses pembelajaran.
7.      Respon praktikan
Setelah melakukan observasi dan pembelajaran di SD Negeri Nagarawangi 3, praktikan sangat senang. Siswa SDN Negeri Nagarawangi 3 sangat antusias mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, dari proses pembelajaran tersebut praktikan mendapat pengalaman yang sangat berharga dan dapat dijadikan bekal di masa yang akan datang ketika praktikan sudah terjun langsung ke lapangan. Pengalaman tersebut misalnya ketika menyampaikan materi, praktikan mengetahui bagaimana cara menyampaikan materi yang baik, bagaimana cara mengkondisikan kelas dan siswa serta bagaimana cara mengendalikan diri saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika pembelajaran sedang berlangsung atau  saat di kelas.

B.     Pengalaman Menggunakan Pendekatan Pengelolaan Kelas
1.      Kelas : III
2.      Jenis pendekatan yang dipakai
Pada saat melakukan proses belajar mengajar praktikan menggunakan pendekatan eklektik yakni pendekatan yang mengkombinasikan atau memadukan beberapa pendekatan lainnya dan diambil hal-hal positifnya serta menghilangkan hal-hal negatif. Seperti yang dikemukakan oleh Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan eklektik adalah pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari beberapa pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis dan atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi.
3.      Jenis kegiatan kelas
Pada awal pembelajaran, praktikan tidak langsung masuk ke dalam kelas. Guru kelas mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar siswa lebih tenang dan mudah untuk mengawali pembelajaran. Setelah siswa siap dan tidak gaduh lagi, barulah praktikan memasuki kelas. Seperti biasa, pembelajaran dibuka dengan salam dilanjutkan dengan apa yang sudah tertera pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Siswa perlu dimotivasi agar mereka semangat dalam melakukan pembelajaran. praktikan juga melakukan apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan. Pada saat menjelaskan materi pembelajaran, praktikan mengkondisikan siswa secara berkelompok, begitu pula pada saat penilaian tes tertulis. Hal ini dilakukan agar siswa dapat bekerja secara berkelompok. Satu kelas dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing anggota sebanyak 6 orang. Meskipun terdapat sedikit kendala dalam pembelajaran, tetapi praktikan dapat mengatasi kendala tersebut dengan sigap sehingga proses pembelajaran tidak terganggu lama.
4.      Kelebihan
Kelebihan menggunakan pendekatan eklektik yaitu praktikan dapat leluasa memilih pendekatan mana yang dirasa sesuai dengan situasi dan kondisi di kelas. Contohnya pada waktu pembelajaran, praktikan menggunakan pendekatan berbasis teknologi dan pendekatan instruksional. Tetapi pada saat salah seorang siswa membuat kegaduhan, praktikan menggunakan pendekatan otoriter. Sedangkan pada saat praktikan memberikan kebebasan kepada siswa serta sebagai pendorong mengembangkan potensi siswa secara penuh, praktikan menggunakan pendekatan permisif.
5.      Kelemahan
Pendekatan elektik selain mempunyai kelebihan tentu saja memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain apabila guru atau praktikan tidak dapat menguasai pendekatan-pendekatan kelas yang potensial seperti pendekatan berbasis teknologi dan pendekatan instruksional serta pendekatan permisif maka pembelajaran tidak akan berjalan lancar. Selain itu penggunaan prosedur yang tidak sesuai juga kan memunculkan masalah menejerial kelas.
6.      Respon guru kelas
Berdasarkan respon guru kelas, beliau memberikan tanggapan bahwa dalam menerapkan pendekatan eklektik praktikan sudah cukup baik, meskipun masih ada kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki oleh praktikan. Selain itu, guru memberikan saran bahwa ketika menerapkan pendekatan eklektik hendaknya praktikan memperhatikan strategi yang harus diterapkan ketika pembelajaran berlangsung, dimana dalam memberikan teguran kepada siswa harus secara ramah dan memberikan pengendalian dengan cara mendekatinya, karena guru yang paling mengetahui urusan siswa di kelas. Praktikan juga diharapkan dapat memperhatikan hal-hal yang menerapkan kegiatan yang efektif, tidak bertele-tele dan memberikan pengarahan yang jelas. Sebab siswa kelas III itu pada umumnya masih membutuhkan pengarahan dan pengendalian sikap yang  harus dituntun oleh guru.

C.    Pengalaman Menangani Masalah Kelas
1.      Kelas : III
2.      Jenis masalah anak
Proses belajar mengajar tidak akan selalu sesuai  dengan perencanaan yang telah dibuat dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Akan timbul masalah-masalah yang disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing-masing siswa. Pada umumnya masalah-masalah yang timbul dari siswa SD antara lain :
a.       Siswa senang mengganggu siswa lainnya dengan perilaku menyerang fisik maupun dengan kata-kata.
b.      Siswa senang mengobrol baik dengan teman sebangkunya ataupun dengan siswa lainnya.
c.       Perilaku tidak bermoral, seperti kebiasaan mencontek, berbohong dan mencuri.
d.      Siswa keluar masuk kelas.
e.       Mengganggu kelas, berbicara keras, jalan-jalan di kelas tanpa permisi, suka membadut.
Permasalahan yang dihadapi oleh praktikan saat berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas III SD Negeri Nagarawangi 3 diantaranya yaitu :
a.       Adanya siswa yang suka mengganggu dan mengejek temannya pada saat belajar.
b.      Adanya siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan pada saat praktikan menjelaskan materi pembelajaran.
c.       Adanya siswa yang sering permisi keluar kelas.
3.      Faktor penyebab masalah
Setelah praktikan melakukan identifikasi didapatkanperkiraan mengenai faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada diri siswa, diantaranya :
a.       Siswa yang suka mengganggu dan mengejek temannya, diperkirakan penyebabnya adalah dalam diri siswa tersebut tumbuh rasa ingin menguasai kelas, merasa diri paling hebat dan menganggap rendah temannya. Siswa juga diperkiraan ingin mencari perhatian guru agar guru lebih fokus terhadap dirinya.
b.      Siswa yang senang mengobrol di kelas diperkirakan penyebabnya adalah rasa bosan dan jenuh terhadap materi yang disampaikan atau rasa ingin berbagi cerita tentang apa yang telah ia alami sehari sebelumnya karena pada siswa kelas III, ia mulai menemukan rasa nyaman ketika bersama dengan teman sebayanya.
c.       Siswa yang sering permisi keluar kelas diperkirakan juga merasa situasi dan kondisi kelas membuatnya kurang nyaman. Hal tersebut dapat terjadi karena iklim sosio-emosinal siswa di kelas kurang baik.
4.      Upaya mengatasi masalah
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di kelas antara lain :
a.       Guru melakukan pendekatan kepada siswa yang bermasalah, guru memberikan nasihat-nasihat yang membuatnya mengerti mengenai pentingnya seorang teman dalam kehidupannya.
b.      Guru mengajarkan pada siswa bahwa manusia diciptakan harus saling menghargai sesamanya.
c.       Guru menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan dan menarik sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan situasi dan kondisi di kelas.
5.      Hasil akhir
Dalam upaya mengatasi masalah anak, praktikan sudah meminimalisir masalah-masalah yang terjadi di kelas meskipun belum sepenuhnya dapat diatasi. Tetapi perubahan perilaku siswa yang bermasalah sudah dapat dilihat sedikit demi sedikit menuju ke arah yang lebih baik. Setelah praktikan berupaya mengatasi masalah-masalah di kelas, frekuensi siswa yang mengejek temannya mulai berkurang, siswa yang tadinya mengobrol juga dapat berhenti mengobrol dan memperhatikan kembali materi yang disampaikan serta siswa yang sering permisi keluar pun mulai berkurang. Setiap permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan mudah apabila kita mengetahui strategi atau pendekatan apa yang harus diambil ketika menghadapi suatu masalah.


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.   Kesimpulan
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran seperti mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sebagai fasilitator serta membentuk karakter siswa-siswanya. Agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien maka diperlukan pengelolaan di dalam kelas. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk merancang, menangani dan menilai situasi dan kondisi kelas agar tercipta kelas yang menyenangkan dan kondusif untuk belajar sehingga siswa merasa senang dalam belajar, aktif, kreatif, produktif dan nyaman.
Pengelolaan kelas yang terdapat di SD Negeri Nagarawangi 3 sudah terlihat baik. Sekolah ini memperhatikan hal-hal yang memang penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif, seperti pengelolaan perabot kelas, tempat duduk siswa, sarana dan prasarana ataupun media di kelas. Pengelolaan lainnya pun sudah Nampak baik, seperti pengelolaan kurikulum dan pembelajarannya, pengelolaan pesera didik, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan tenaga kerja dan lainnya. Semua pengelolaan ini dilakukan cukup baik meskipun terdapat kekurangan di dalamnya. Namun, pihak sekolah beserta komite sekolah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan yang positif guna memajukan SD Negeri Nagarawangi 3.
B.   Rekomendasi
Pengelolaan kelas yang baik akan menunjukkan keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas. Hal tersebut tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antar warga sekolah yang mendukung proses pembelajaran. Hal ini diperlukan di setiap sekolah mana pun, termasuk di SD Negeri Nagarawangi 3. Selain itu, pemimpin atau kepala sekolah juga harus mampu mengorganisir dan mengarahkan seluruh stafnya agar mereka bekerja secara maksimal dan sesuai dengan bidangnya sehingga tidak terjadi over laping yang akan memunculkan masalah di sekolah. Setiap tindakan pengelolaan dimaksudkan agar mendukung tercapainya tujuan. Begitu pula dalam proses pembelajaran, pengelolaan sekolah maupun pengelolaan kelas dimaksudkan agar tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Deni Koswara, Suryadi. 2007. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Tim Dosen PK . 2012Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar . UPI Kampus       Tasikmalaya.
Wawancara dengan Guru Kelas III dan Guru Kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3.

Pengunjung