Makalah Pendidikan Agama Islam (PAI) | Metode Hiwar Qurani | Pengertian, Bentuk Dialog dan Aplikasi Metode Hiwar..!!

Pada postingan kali ini penulis akan membahas sebuah makalah yaitu Makalah Metode Hiwar Qurani yang mana ini masih tergolong kedalam Bidang Studi / Mata Kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) yang mana disini akan dibahas diantaranya 1)Pengertian Metode Hiwar, 2) Bentuk Dialog Metode Hiwar dan 3) Aplikasi Metode Hiwar, yang pastinya akan sangat seru jika pembaca ikut mendalami dan ngasih masukan buat peulis untuk kemajuan dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Manusia yang lahir dengan anugrah fitrah dari Tuhan YME salah satu potensi utama dan model utama manusia adalah akal. Manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang lainnya, salah satunya diberi akal untuk berfikir.
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya. Pendidikan yang didapatkan tidak hanya dilingkungan keluarga, tapi senantiasa harus didapatkan dari lingkungan masyarakat dan sekolah serta dibiasakan sejak dini (anak-anak).
Pendidikan disekolah merupakan suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai islam. Tujuannya yaitu membina kepribadian anak sebagai peserta didik, harapan agar kelak menjadi orang yang berilmu disertai iman dan taqwa kepada Allah SWT dan mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan manusia.

Untuk itu kita sebagai calon guru harus bisa membentuk kepribadian anak sebagai pribadi yang utuh. Dengan tujuan tersebut diatas kita bukan hanya memberikan pengajaran agama saja tetapi lebih cenderung pada pendidikan agama. Karena pendidikan agama bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan agama dari guru kepada murid saja melainkan membentuk karakter anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Jadi kita harus menguasai berbagai macam metode dalam mengajarkan pendidikan agama disekolah.
Banyak metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran agama, sangat membantu memberikan pengajaran agama islam disekolah. Salah satu metode “Hiwar Qurani”.
Metode Hiwar Qurani merupakan salah satu metode yang menggunakan pendekatan Qurani dan Sunnah.
Segala macam kegiatan memiliki tujuan yang ingin dicapai begitu dan bisa bermanfaat bagi kita sebagai penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, diantara tujuan-tujuan tersebut kita dapat:
Ø  Memberikan wawasan/pengetahuan tentang metode pendidikan agama islam.
Ø  Memahami pengertian metode Hiwar Qurani
Ø  Mengetahui tujuan metode Hiwar Qurani
Ø  Mengaplikasikan metode Hiwar Qurani
Ø  Memenuhi tuntutan salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam. Membuat contoh silabus menggunakan metode Hiwar Qurani.

METODE HIWAR QURANI
A.     Pengertian Hiwar Qurani
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang metode Hiwar Qurani perlu kita bedakan antara Hiwar dalam Quran dengan Hiwar Qurani. Hiwar dalam al-Quran adalah segala bentuk dialog yang disajikan dalam al-Quran, ditampilkan apa adanya, baik dialog Allah dengan para malaikat, dengan para Rasul dan dengan makhluk lainnya, serta dialog manusia dengan sesamanya atau dengan makhluk lainnya. Sedangkan Hiwar Qurani adalah hasil analisis secara mendalam tentang dialog-di­alog yang terdapat dalam al-Quran. Hiwar Qurani tidak sekedar mendeskripsikan dialog-dialog yang ada dalam al-Quran, tetapi lebih diarahkan pada analisis terhadap data-data yang bersifat deskriptif tentang dialog­-dialog dalam al-Quran, baik mengenai tujuan, manfaat, bentuk-be­ntuknya.
Secara etimologis, Hiwar (dialog) berasal dari bahasa yang mengandung pengertian “al-rad” (jawaban), al-huwar (anak unta yang masih menyusui), dan al-muhawaroh (tanya jawab, bercakap-cakap atau dialog). Arti yang terakhir inilah yang digunakan dalam memaknai istilah Hiwar dalam metode Hiwar Qurani.
Dalam kitab suci al-Quran hanya terdapa tiga ayat yang secara langsung menggunakan kata “muhawaroh” kata jadiannya, yaitu dua ayat terdapat pada surat al-Kahfi berisi dialog antara pemilik kebun yang kaya raya dengan seorang sahabatnya yang miskin:
Artinya: “Dan dia mempunyai kekayaan yang banyak, maka berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan kawannya; “Hartaku lebih banyak dari hartamu, dan para pengikutku lebih kuat”. (QS. Al-Kahfi; 34)
Artinya: “Kawannva (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna” (QS. al-Kahfi; 37).
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengajukan halnya kepada Allah. Dan Allah mendengar dialog antara kamu berdua. Sesungguhrrya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat” (QS. Al-Mujadalah; 1).
Secara terminologis “Hiwar Qurani” dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab, di dalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan itu, dialog-­dialog tersebut terdapat dalam al-Quran dan Sunnah. Jenis dan bentuk dialog bisa terjadi dialog antara manusia dengan dirinya dengan sesama manusia, dengan makhluk lain maupun dialog  manusia dengan Tuhan-Nya seperti dialog para nabi dan para malaikat.
Rasulullah saw telah menjadikan jenis dan bentuk dialog tersebut sebagai pedoman dalam mempraktekkan metode pendidikan dan pengajaran beliau.
Dengan demikian, terlihat bahwa beliau sangat menyukai menyampaikan ajaran Islam melalui dialog. Seperti dinyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.
“Dalam satu riwayat disebutkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. mendatangi khalayak lalu Rasulullah bersabda; “Bertanyalah kepadaku, mereka enggan untuk bertanya kepadanya. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki kemudian laki-laki itu bertanya Wahai Muhammad, apa Iman itu?. Kemudian Rasulullah menjawab, bahwa Islam itu berarti kamu tidak boleh menyekutukan Allah dengan, apapun, dan seterusnya hingga selesai menyebutkan rukun iman yang enam. Laki- laki itu berkata. Engkau benar! Kemudian orang itu bertanya kembali tentang Islam, Ikhsan, dan terjadinya Kiamat. Setelah Rasulullah menjawab semua pertanyaan orang itu, kemudian laki-laki itu berdiri dan meninggalkan khalayak. Kemudian Rasulullah bersabda; Orang itu adalah malaikat Jabril. Dia hendak mengajarimu tentang urusan agamamu karena kamu tidak ada yang bertanya. (HR. Ibnu Majah).
Dari hadits di atas dapat disimak, bahwa dialog merupakan cara yang efektif dan menyenangkan dalam menyampaikan suatu pesan sebagaimana dicontohkan oleh Allah dan Rasulullah. Dialog merupakan jembatan yang dapat menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain secara mudah, karena bahasa dialog biasanya cukup gamblang dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya. Kedua belah pihak terpuaskan atau kedua belah pihak justru semakin merangsang untuk mencari tahu lebih jauh tentang sesuatu yang didialogkan. Lewat dialog, seorang pembaca yang betul-betul memperhatikan materi dialog, ia akan memperoleh nilai lebih baik untuk menambah wawasa.n atau mempertegas identitas dirinya.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan metode dialog terutama bila diterapkan dalam kontek pendi­dikan dan pengajaran di sekolah, diantaranya:
Ø  Suatu dialog yang terprogram dapat merangsang pelaku dialog (guru-murid) untuk mempersiapkan materi dan argumentasinya secara sistematis.
Ø  Dialog biasanya disajikan secara dinamis, dimana kedua belah pihak saling tarik-ulur materi dialog sehingga tidak membosankan, bahkan bagi si penyimak akan mendorong mereka mengikuti seluruh pembicaraan.
Ø  Lewat dialog si penyimak akan merasa tertantang untuk mengikuti dialog sampai tuntas karena ia ingin mengetahui kesimpulan dari dialog itu. Keingintahuan akan kesimpulan suatu dialog biasanya dapat mengusir rasa bosan.
Ø  Emosi penyimak akan tergugah dan terarah sehingga idealismenya terbina dan pola pikirnya dapat terbentuk sebagai pancaran jiwanya.
Ø  Topik pembicaraan disajikan secara realistik dan manu­siawi sehingga dapat menggiring manusia menuju kehidup­an dan perilaku yang lebih baik. Proses semacam itu sangat menunjang pencapaian tujuan Pendidikan Qurani.
B.     Bentuk-bentuk Dialog Qurani
Bentuk dialog dalam al-Quran dan Sunnah sangat bervariasi, diantaranya adalah Hiwar Khitobi (seruan Allah) dan Ta’abudi (penghambaan terhadap Allah), dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, serta dialog nabawiyah.
1.       Dialog Khitobi dan Ta’abudi
Di dalamnya terdapat seruan-seruan Allah kepada hamba-hamba-Nya, dengan kalimat:
“Hai orang-orang yang beriman”
Hubungan antara seruan Allah dengan tanggapan seorang mukmin itulah yang melahirkan sebuah dialog. Kondisi ini dapat terjadi sebaliknya, yakni seorang hamba menyeru Allah. Melalui doa dan Allah menjawab dengan mengabulkan doa hamba-Nya.
Keberadaan al-Quran dalam membina jiwa anak didik melalui dialog ta'abudi dan khitabi harus disadari oleh setiap pendidik sehingga mereka mampu menditeksi sejauh mana pengaruh dialog tersebut dalam perkembangan jiwa anak didik, sehubungan dengan         teori pelajaran yang disampaikan. Hal­hal yang dapat dijadikan indikasi dalam melihat pengaruh tersebut adalah:
a.       Senantiasa merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan al-Quran dan menjawab sesuai dengan bisikan nurani.
b.      Merasakan betapa besar pengaruh makna-makna yang tersirat dalam al-Quran terhadap emosi dan kehidupan pribadi Nabi Saw. Sebagai cantoh bagaimana reaksi Nabi ketika beliau mendengar ayat yang bersifat sindiran teguran dan sanjungan Allah kepadanya.
c.       Mengarahkan perilaku dan perbuatan selaras dengan tuntutan al-Quran. Sikap seperti itu merupakan hasil, nyata dari pengaruh emosional dan kepuasan penalaran yang ditimbulkan oleh metode dialog.
d.      Membina peserta didik untuk sadar terhadap keagungan, keimanan, dan kedudukanrrya disisi Allah melalui bacaan al-Quran sehingga Allah menyeru mereka berdasarkan keimanan mereka.
Dialog biasanya digunakan untuk menimbulkan rasa bangga dengan keimanan kepada Allah, rasa tanggung jawab untuk tetap berpegang teguh kepada keimanan. Dalam proses belajar mengajar di kelas, dialog ini digunakan pada awal pelajaran dalam rangka membuka kesadaran dan keimanan murid terhadap materi yang akan disajikan dan biasanya digunakan pada tema-tema pelajaran tentang hukum.
2.       Dialog Deskriptif (Hiwar Kishi)
Dialog deskriptif disajikan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan orang-orang yang tengah berdialog. Pendeskripsian itu meliputi gambaran kondisi hidup dan psikologi orang-orang yang berdialog sehingga kita dapat memahami kebaikan dan keburukannya. Selain itu, pendeskripsian itu berpengaruh juga pada mentalitas seseorang sehingga perasaan ke-Tuhanan dan perilaku positif orang tersebut akan berkembang dengan sendirinya. Al-Quran sangat banyak menyajikan bentuk dialog seperti ini, diantaranya dimuat dalam surat ash-Shaff ayat 20-32 yang artinya sebagai berikut:
“Dan mereka berkata; Aduhai celakalah kita, Inilah hari pembalasan. Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (Kepada malaikat diperintah-kan). Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman sejawat dan sembahan-sembahan mereka selain Allah, dan tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. “Mengapa kamu tidak tolong- menolong? Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. Sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain untuk berbantah-bantahan. Pengikut-pengikut mereka berkata kepada para pemimpinnya “Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan”. Pemimpin mereka menjawab, “Sesungguhnya kamulah yang tidak beriman. Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah kaum yang melampaui batas. Maka pastilah adzab Tuhan kita menimpa atas kita semua, dan sesungguhnya kita akan merasakan adzab tersebut, kami telah menyesatkan kalian, sesungguhnya kami ini adalah orang-orong yang sesat”. (Q.S. Al-Shaffat; 20-32).
Dari penjelasan ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam dialog deskripsif terkandung muatan-muatan edukatif bagi murid. Dialog deskriptif menggambarkan kehidupan psikologis penghuni neraka dan penyesalan mereka atas perbuatan di dunia.
3.       Dialog naratif
Dialog Naratif ditampilkan dalam episode kisah yang alur ceritanya sangat jelas sehingga menjadi bagian dari metode sekaligus materi pendidikan Qurani. Artinya al-Quran tidak menyajikan unsur dramatik walaupun dalam penyajian kisahnya terdapat unsur dialog, seperti terdapat dalam surat Hud yang mengisahkan Nabi Syu’aib dan kaumnya. Seperti di dalam Al-quran  Surat Hud yang artinya sebagai berikut:
“Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Dia berkata : "hai kaumku, sembahrrya Allah, sekalikali tiada Tuhan bagimu selain Allah. Dan jangan kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhrrya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnva aku khawatir terhadapmu akan adzab Allah di hari yang membinasakan (kiamat) Dan Syu'aib berkata, “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungun) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu”. (QS. Hud; 84-86).
Demikianlah, dialog naratif bisa memberikan dampak edukatif yang sangat menakjubkan. Di samping dapat mempengaruhi penalaran, dialog naratif pun mampu mempe­ngaruhi mentalitas dan perasaan seseorang. Kemampuan memancarkan pengaruh besar tersebut karena dialog naratif memiliki unsur-unsur berikut:
a.       Dampak yang terlihat dari dialog naratif bertitik tolak dari pemberian sugesti. Pemaparan persoalan umat masa lalu pun, secara tidak langsung telah mengajak pembaca untuk membenci sepak terjang kaum Kafir.
b.      Seperti       dialog-dialog  lainnya, dialog naratif  dapat menyajikan hujjah (bukti atau dalil) para nabi secara langsung lewat kisah yang mencerminkan penalaran ketuhanan dan melumpuhkan hujjah orang-orang zalim.
c.       Seperti dialog-dialog lainnya, dialog naratif dapat membina dan menumbuhkan perasaan ketuhanan, seperti rasa cinta karena Allah, gemar berdakwah karena Allah, dan berani membela kebenaran yang datang dari Allah.
d.      Dialog naratif memiliki kesimpulan yang jelas sehingga mencontohkan atau menggambarkan bagaimana kesudahan orang-orang kafir dan orang-orang berima.n. Hal ini akan memotivasi para pembaca untuk menyimak kisah tersebut dan merenungkan makna-makna yang terkandung di dalamnya.
4.       Dialog Argumentatif (Hiwar Jadali)
Dalam dialog argumentatif, kita akan enemukan suatu diskusi dan perdebatan yang diarahkan pada pengokohan hujjah-hujjah atas kaum musyrikin agar mereka mengakui akan kekeliruan dalam memahami pentingnya keimanan kepada Allah SWT.
Dialog argumentatif secara dominan menyentuh kekuatan logika dan bertujuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan bicara. Namun demikian, dialog seperti ini tidak saja menyentuh akal seseorang akan tetapi dapat menyentuh pula perasaannya. Firman Allah SWT dalam al-Quran surat Al-Najm ayat 1-5 yang artinya:
Artinya: “Demi bintang ketika terbenam, kawan kalian (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanya wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat” (QS. Al-Najm:1-5).
5.       Dialog Analogik (Hiwar Tamtsili)
Dialog analogik yaitu suatu dialog yang isi dan penjelasannya ditampilkan dalam bentuk perumpaman-perumparnaan yang logis dan dapat terjangkau oleh lawan dialognya.
Suatu hal yang amat sulit untuk dapat dipercaya secara rasio, manusia mati yang secara fisik sudah hancur berantakan bahkan sudah kembali menjadi tanah dapat dihidupkan kembali.
C.     Aplikasi Motode Hiwar
Metode Hiwar merupakan cara penyampaian nilai-nilai pendidikan yang banyak digunakan di dalam al-Quran sebab metode ini memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya. Metode ini sering digunakan oleh Rasulullah Saw dalam menyampaikan ajaran Islam, baik kepada para sahabatnya yang sudah beriman maupun kepada mereka yang belum beriman. Secara faktual, banyak para sahabat tertarik kepada ajaran Islam karena hasil dialognya dengan Rasulullah Saw. Cara dan argumentasi yang digunakan Rasulullah dalam mempengaruhi lawan dialognya mempola kepada dialog-dialog yang disajikan dalam al-Quran.
Metode Hiwar sangat tergantung pada karakter materi dan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar tersebut. Misalnya, bila seorang guru ingin mempengaruhi aspek kognisi muridnya secara langsung dengan tujuan intruksional khususnya agar murid berfikir kritis, sistimatis, maka bentuk hiwar yang tepat adalah Hiwar Jadali (dialog argumentatif/debat terarah).
Ada beberapa persyaratan dalam menggunakan Metode Hiwar yaitu sebagai berikut:
a.        Kedua belah pihak (guru dan murid) memiliki kebebasan berfikir dalam menyampaikan pertanyaan-pertanyaan atau jawaban-jawaban. Pikiran masing-masing harus mandiri dan terbuka menerima kebenaran yang datang dari pihak lawan bicara.
b.        Orang yang terlibat dalam hiwar hendaknya menyiapkan kondisi kejiwaan untuk menerima kesimpulan atau kebenaran yang dihasilkan dari dialog itu. Dengan kata lain harus berpikir dan berperasaan jujur (berpikir dan berjiwa objektif).
c.        Dialog harus dilakukan dalam suasana yang tenang, suasana akrab. Dengan suasana seperti itu, maka tercipta suatu dialog yang dinamis, sehingga masing­-masing individu mampu mengekpresikan pikirannya secara leluasa.
d.       Semua yang terlibat dalam dialog mesti mengetahui ide pokok yang akan dibicarakannya. Kedua belah pihak (guru­-murid) memahami ide pokok yang terkandung dalam suatu topik pelajaran yang disampaikan.
e.        Dialog dalam konteks pelajaran agama di kelas. Sebelum pelajaran di mulai, seorang guru hendaknya mengetahui terlebih dahulu dunia muridnya, sehingga jerus dialog yang akan digunakan bisa menyentuh akal dan perasaan muridnya.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode Hiwar Qurani dapat diartikan dialog, yaitu suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab, didalamnya terdapat kesatuan topik pembicaraan dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan itu, dialog-dialog tersebut dalam Al-Quran dan Sunnah.
Dialog merupakan cara yang efektif dan menyenangkan dalam menyampaikan suatu pesan sebagaimana dicontohkan oleh Allah SWT dan Rasulullah saw. Dialog merupakan jembatan yang dapat menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain secara mudah, karena bahasa dialog biasanya cukup gamblang dan mudah dimengerti oleh lawan bicaranya.
Suatu hal yang paling disukai Rasulullah saw dari para sahabatnya adalah sikap kritis dan terbuka, mereka tidak merasa segan dan malu bertanya kepada Rasulullah saw tentang segala sesuatu terutama dalam urusan agama. Rasulullah saw sangat antusias bila ada sahabat yang bertanya kepadanya. Dengan demikian terlihat bahwa beliau sangat menyukai menyampaikan ajaran islam melalui dialog.

3.2 Saran
Kita sebagai calon guru sebaiknya harus bisa lebih menguasai berbagai metode dalam cara menyampaikan pendidikan agama islam. Selain itu juga, kita harus bisa menekankan kepada anak untuk lebih memaknai apa yang diajarkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga anak menjadi orang yang berilmu disertai iman dan taqwa kepada Allah SWT serta mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan manusia.

Terakhir semoga tulisan ini yakni Makalah Metode Hiwar Qurani bermanfaat bagi kita semua khususnya yang membaca saran serta kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan kemajuan penulisan dimasa yang akan datang.
Baca juga artikel ini tentang contoh abstrak skripsi fakultas kesehatan

Pengunjung