Dzikir | Keutamaan Dzikir | Pengertian Dzikir | Obat Stres | Penyebab Stress | Mengatasi Stres

Dzikir | Keutamaan Dzikir | Pengertian  Dzikir | Obat Stres | Penyebab Stress | Mengatasi Stres. Pembaca setia adin blog yang saya hormati, sebuah penghargaan buat anda semua yang telah menjadikan situs kesayangan aku ini menjadi salah satu media online yang bermanfaat khususnya dalam dunia pendidikan dan informasi, karena memang pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia secara keseluruhan dan informasi juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan karena informasi itu merupakan ilmu yaitu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dan proses tersebut sebagiannya disebut pendidikan karena pendidikan juga ada terjadi transfer ilmu atau timbal balik dari seorang yang sudah tahu (guru/pengajar) kepada seorang yang mempunyai rasa keingin tahuan (murid/anak didik).
Nah sekarang dalam situasi yang berbahagia ini saya ingin memberikan sesuatu yang mudah-mudahan bermanfaat juga buat kita semua, yaitu sebuah postingan artikel islami yang membahas mengenai dzikir keutamaan dzikir dan hubungan dzikir dengan  penyakit stres yang terjadi pada manusia pada masa sekarang ini. Nah untuk lebih detailnya langsung aza yuk kita simak pembahasannya dibawah ini :

Pengertian Stres
Stres adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Stres juga dikenal dengan keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya.

Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.

2. Cara Penanggulangan Stres
a. Upaya penanggulangan stres dalam Prespektif Pengetahuan Umum
Sampai saat ini tidak bosan para psikolog, dokter kejiwaan untuk menemukan cara penyembuhan terhadap pasiennya, minimal pencegahan. Dr. Selye memberikan tiga cara pokok untuk mengatasi stress dalam kehidupan, yaitu :
1) Menyelidiki apa yang menjadi tujuan yang dapat meredakan stres.Yaitu dengan melakukan aktivitas yang menjadi tujuan dan aktivitasitu tidak menjenuhkan sehingga aktivitas selesai tidak terasa dan tidakada beban serta aktivitas yang sudah direncanakan dilakukan dengantepat.

2) Mengontrol emosi, jangan menganggap seperti persoalan hidup danmati. Maksudnya dalam mengahadapi masalah dengan sikapkedewasaan yaitu bertindak secara tepat, kapan bersikap tegar dankapan bersikap biasa. Selain itu permasalahan yang kecil janganditanggapi seperti menanggapi persoalan antara hidup dan mati.

3) Mencari teman sebanyak mungkin. Dengan banyak teman akan banyakkehadiran rasa cinta, rasa kasih sayang yang merupakan sumber energiyang paling aktif dan semakin akrab akan semakin tentram perasaanakhirnya semakin kecil kuantitas stres.

Kemudian jika dilihat dari segi medis berdasar ilmu kedokteran jiwa, orang stres adanya ketidak seimbangan kelenjar dalam bekerja yang menyebabkan melemahnya keseimbangan emosi. Selain itu orang stress mengalami perusakan pada sistem saraf di otak maka dari itu harus bias memperbaiki sel-sel saraf dan keseimbangan kelenjar dan sebelum parah perlu diperiksakan pada dokter jiwa. Hal ini jika pasien sudah terkena stres dan kurang mampu mengahadapinya. Sebagai penanggulangan sebelum menderita stres berat maka seseorang harus bisa menjaga kondisi jiwanya dengan melakukan aktivitas, paling tidak bisa menjaga kestabilan diri sebelum terkena stres.

b. Upaya penanggulangan Stres dalam Prespektif Islam
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah bagaimana menanggulangi stres dilihat dari segi keagamaan. Sebagaimana diketahui bahwa agama adalah pedoman untuk melangkah dalam mengarungi kehidupan dengan keselamatan. Menjalankan ajaran agama dengan benar hati menjadi tenang, melangkah di sinari dengan cahaya terang.

1) Shalat
Masing-masing gerakan dalam sholat ada unsur tumaninah sehingga adanya waktu istirahat. Apalagi bila dilakukan berkali-kali maka melemaskan otot, mengendorkan ketegangan syaraf, menata dan mengontruksi persendian tubuh, sehingga mampu mengurangi stres, kekejangan, rheumatik, pegal linu dan lainya. Jadi dalam shalat terdapat aspek olahraga yaitu menuntut suatu aktifitas fisik akhirnya peredaran darah lancar dan menyehatkan dan selain itu shalat juga mengandung aspek meditasi yaitu adanya proses yang menuntut konsentrasi yang dalam, yaitu dengan adanya tumaninah, ketenangan dan kekhusuan. Sebagaimana firman Allah: 
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusuk dalam sembahyangnya.” (QS al-Mu’minun : 1-2)

Shalat juga mengandung aspek auto sugesti yang terwujud adanya ucapan yang dipanjatkan pada Allah berupa pujian dan doa.Selain itu semua dalam shalat adanya upaya dalam menjaga potensi psikis manusia seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berfikir (kognisi) dan potensi syahwat dan ghadab untuk berkarsa. Sebelum shalat, masing-masing potensi harus dihindarkan dari segala zat yang dapat menghilangkan fungsinya seperti alkohol, narkotika, ganja, heroin dan lainya.

2) Membaca Al-quran
Al-Quran sebagai sumber pertama syariat Islam sebagai kitab kehidupan dan hikmah, al-Quran merupakan taman hati dan obat penawar baginya. Maka mentadabburkan isinya, disertai mengamalkanya, dapat membuahkan hati dan mencairkan beberapa kotoran dan tipu daya diri yang menguasainya dan meletakkan manusia dalam pusaran hikmah. Maka hendaknya menjadikan membaca al- Quran sebagai program keseharian, dengan membaca dan tahu isinya kemudian dipegang perintah-perintah-Nya dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana firman Allah :
Artinya: “ Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci.”(QS. Muhammad : 24)

Membaca kitab suci bisa digunakan motif yang sama dalam hubungan sakit jiwa, untuk memurnikan hati. Dengan banyak membaca al-Quran lebih-lebih dengan suara bagus, nada bagus akan mampu menawarkan hati yang gelisah, sedih, kecewa, sehingga dengan semakin mampu dinetralisasi emosi-emosi negatif seperti itu maka perasaan gembira, optimis, serta tentrampun semakin mampu dimunculkan.

Dalam hal ini membaca dengan suara bagus dalam artian ada seni dalam melantunkan ayat-ayat Allah dengan syarat harus tetap sesuai dengan ilmu tajwidnya. Dengan keindahan maka suasana hati ikut menjadi indah. Dalam hal membaca al-Quran apalagi dalam membacanya bias memahami isinya akan memahami maksud dalam al-Quran yang nantinya dengan faham isinya kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dimana al-Quran diturunkan untuk mengubah pikiran manusia dan memberi petunjuk atas kesesasatan dan kebodohan dan membina landasan baru bagi sistem kehidupan dan hubungan sesama.

Al-Quran membentuk kepribadian manusia dan tingkah lakunya, al- Quran memakai metode penetrapan dan pemraktekan pikiran kebiasaan yang hendak ditanamkan manusia yang terwujud bahwa Allah mewajibkan dari berbagai ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan lainya, sehingga pelaksanaan ibadah tersebut oleh orang mukmin dengan cara ikhlas dan teratur akan membuatnya meraih hal-hal yang terpuji yang merupakan unsur-unsur kesehatan jiwa yang sesungguhnya.

3) Bergaul dengan orang yang shaleh Orang shaleh.
orang yang sholeh adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan, ia tidak hanya baik pada diri sendiri tapi juga pada lingkunganya. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang yang shaleh berarti ia dapat berbagi rasa dan berbagi pengalaman.

Hal ini bisa dipraktekan ketika seseorang sedang bersedih, maka ia bisa minta bantuan temanya, mengutarakan apa yang menjadi kesedihanya, dengan mengeluarkan keluhan, kesedihan dalam hatinya maka akan sedikit banyak terkurangi bebannya atau jika dalam putus asa maka dengan bantuan teman akan termotivasi kembali sehingga bangkit semangatnya lagi, karena terjadi sebuah komunikasi yang saling mengisi, saling menasehati, saling mengerti dan menggugah kesabaran serta memunculkan banyak cinta kasih diantara dua hati.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ashr :1-3 yang Artinya: “ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menepati kesabaran.”
Jika seseorang menginginkan hati yang damai maka berdekatah dengan orang yang berhati damai pula. Karena orang yang shaleh diwarnai kasih kesucian, diliputi suasana hati penuh kesejukan. Maka sangat bagus jika seseorang sering bersama orang yang shaleh. Sebagaimana orang yang berjalan bersama orang yang wangi maka iapun ikut wangi walaupun ia tidak memakai wewangian. Maka khususnya ketika sedang mengalami kesedihan, keresahan atau lainya dianjurkan untuk bergaul dengan orang yang shaleh. Dengan bersamanya akan bisa ikut mengisi hati yang kosong dan ikut menyapu hati yang keruh.

4) Puasa
Puasa adalah untuk mengontrol hawa nafsu secara umum. Misalnya orang nafsu marahnya besar maka bisa dilakukan puasa marah. Puasa di sini dimaksudkan sebagai latihan mendisiplinkan diri semata. Orang dapat melakukan “puasa” diam selama satu hari. Puasa dapat menghancurkan syahwat yang merupakan pokok pangkal maksiat.
Puasa merupakan latihan dalam menanggung kondisi prihatin dan berupaya sabar dan bersiap diri menanggung beragam kondisi prihatin yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Membuatnya berempati terhadap penderitaan fakir miskin dengan kasih sayang. Puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan yang merusak citra fitri manusia.

Secara fisik menahan haus dan lapar disini diharapkan dengan merasakan haus dan lapar maka akan teringat bagi mereka yang lapar dan haus maka bila seseorang stres, seharusnya bersyukur, karena jika melihat kebawah masih banyak orang yang lebih susah dari diri sendiri, maka susah harus ditebus dengan rasa penuh bersyukur.
Puasa untuk mengontrol dari perilaku yang jelek. Makanan haram berpengaruh pada seseorang, makanan tersebut mengakibatkan kemalasan, keengganan dalam beribadah, Untuk mencegah hal tersebut maka puasa sebagai pengontrolnya.
Hadits riwayat at-Thabrani: “Kalian wajib susah, karena sesungguhnya susah itu merupakan kunci hati, mereka bertanya bagaimana cara bersusah wahai Rasul? Beliau menjawab: Tundukkanlah hawa nafsu kalian dengan lapar dan jadikanlah haus.”

Pelaksanaan puasa tidaklah hanya menahan lapar dan haus tapi ia juga harus menahan perbuatan yang tidak baik, ini jelas karena biasanya orang stres dan frustasi berbuat akhlak yang tercela, maka dengan puasa ia akan meninggalkan perbuatan yang tidak baik.

5) Dzikir
Dzikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktifitas dzikir mendorong seseorang untuk mengingat dan mereduksi kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya, dengan dzikir akan ingat bahwa yang membuat penyakit dan menyembuhkanya adalah Allah. Dzikir untuk menormalisasi kembali fungsi sistem jaringan syaraf sel-sel organ tubuh. Dalam tarikat Qadariyah ketika mengucap “Lailaahaillallah” pandangan dipusatkan dikalbu didalam dada, lalu “Lailaaha” seakan-akan dibuang dengan menengok keatas, kemudian diteruskan dan mengucapkan “Ilaaha”(kecuali Allah) dengan kepala menghadap ke atas, lalu seakan-akan kalimat “Ilallah” yang ada diluar dimasukkan ke dalam kalbu. Hal ini dilakukan berkali-kali sehingga mengakibatkan optimalisasi fungsi organ tubuh. Dari hal ini jiwa menjadi tenang. Mengingat Allah atau dzikir bisa dengan mengucapkan tasbih, takbir, doa dan ibadah-ibadah lainya. Kesemuanya itu apabila seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka ia akan merasa bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan dan penjagaanya dengan demikian, akan timbul kepada dirinya perasaan percaya diri, teguh, tenang, tentram, dan bahagia. Firman Allah : 
Artinya: “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.”(QS. Al-Baqarah : 152)

Dari semua upaya penanggulangan stres di atas akan berhasil jika seseorang melakukanya dengan sungguh-sungguh dan hanya berharap pada Allah. Karena orang melakukan segala hal akan berhasil tidaknya sesuai dengan usahanya. Sebagaimana firman Allah yang artinya : “Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”(QS.al-Rad: 11)

3. Pengertian Dzikir
Secara etimologis dalam kamus Besar Bahasa Indonesia hasil karya Prof. H. Mahmud Yunus, dzikir berasal dari kata (كر- ذ -كر يذ -ذكر ) yang berarti menyebut atau mengingat. Sedangkan secara terminology,dzikrullah adalah mengingat dan menyebut nama Allah, baik dengan lisan (ucapan) dengan hati atau anggota badan. Dzikir lisan yaitu memuji Allah dengan ucapan-ucapan tasbih, tahmid, dan lain-lain. Dzikir dengan hati yaitu memikirkan (bertafakur) mengenai dzat dan sifat-sifat Allah. Sedangkan dzikir dengan anggota badan yaitu menjadikan keseluruhan anggota badan tunduk dan patuh kepada Allah.

Dalam artian umum, dzikrullah adalah mengingat Allah serta keagungan-Nya, yang mencakup hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan terpuji. Sedangkan dalam arti yang lebih khusus, dzikurullah adalah menyebut nama-nama Allah sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tata tertib, metode, rukun dan syaratnya. Dzikrullah adalah perintah Allah dan Rasul-Nya, dan bukan ciptaan atau buatan manusia, sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari”.

Menurut Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf” dzikir artinya mengingat pada Allah, tetapi di dalam tareqat mengingat kepada Allah itu di Bantu dengan bermacam-macam ucapan, kata-kata yang mengingatkan mereka kepada Allah. Dzikir adalah salah satu kata yang penting di dalam kerangka pemahaman ajaran Islam. Bahkan kata ini tampak sangat bernilai, karena dzikir menjadi salah satu nama laindari kitab suci Al- Qur’an, sebagaimana firman Allah surat Al-Hijr ayat 9 : 
Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.

Pengertian menurut syari'at, dzikir adalah mengingat Allah dengan etika tertentu yang sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits, dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mensucikan hati dan mengagungkan Allah SWT. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaran-Nya, sehingga kita dapat terhindar dari penyakit sombong dan takabbur.

Imam Nawawi Al Bantaniyu dalam kitabnya Al Adzkar, bahwa dzikir itu dapat dilakukan dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan menjadi lebih sempurna jika dilakukan dengan keduanya (lisan dan hati). Jika harus memilih diantara kedua hal tersebut, maka menurutnya lebih afdhol dilakukan dengan hati saja sesuai dengan sunnah Rosulullah s.a.w. Namun beliau masih berpegang teguh bahwa dzikir lebih utama dilakukan dengan keduanya, sebab dikhawatirkan akan muncul penyakit riya’ jika dilakukan dengan hati saja. Jadi, dzikir dengan hati dan lisan itu harus tetap dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah SWT.

Adab berdzikir :
a. Dianjurkan barada dalam keadaan suci dengan berwdhu terlebih dahulu. Hal sangat penting dan ditekankan dalam mengikuti dzikir,karena dituntut kesungguhan lahir maupun batin dalam menghadap yang maha suci. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri “.(QS. Al-baqarah : 222)

b. Dzikir hendaknya dilakukan di dalam masjid. Dengan harapan agar orang yang berdzikir dapat merasakan sifat-sifat masjid. Selain itu cahaya Allah (hidayah) sangat kondusif untuk diterima. Sebagaimana firman Allah: Artinya : “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”,

c. Menghadap kiblat. Hal ini tidak berarti bahwa Allah itu ada di arah kiblat (kabah), karena Allaha tidak terikat oleh ruang dan waktu. Adapun dalil yang yang digunakan pentingnya menghadap kiblat adalah Hadist Riwayat Thabrani yang artinya : “sesungguhnya bagi setiap majelis ada yang mulianya, dan majis yang mulia adalah yang menghadap kiblat,”

d. Ketika berdzikir hendaknya duduk seperti duduk diantara dua sujud. Hal ini berkaitan dengan peristiwa ketika malikat jibril mengajarkan tentang iman, islam dan ihsan kepda Nabi Muhammad Saw. Daam posisi lutut bertemu lutut. Dalam peristiwa tersebut diambil kesimpulan bahwa ketika seseorang hendak menghampiri sangg Ilahi dianjurkan pada posisi seperti itu.

e. Mengenakan pakaian yang bersih dan suci. Adapun Ust.Arifin ilham menganjurkan para jamaah dzikirnya mengenakan pakaian berwarna putih, beliau meyakini bahwa jenis pakaian termasuk warnanya punya dampak psikologi yang kuat dalam menghantarkan perasaan dekat (khusyuk) kepada Allah. Selain itu warna putih pada pakaian adalah warna yang disukai oleh Nabi Muhammad Saw.

f. Berdzikir dalam hati (dengan suara perlahan) dan merendahkan diri, sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah SWT :

Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf :205).

g. Tidak dianjurkan mengeraskan suara karena Allah Maha Mendengar lagi Maha Dekat.

Jika adab berdzikir di atas sudah dipelihara, maka orang yang berzikir itu akan memperoleh manfaat dari bacaannya, dan tentu akan menemukan kesan dzikirnya sebagai suatu kemanisan dalam hatinya, suatu cahaya bagi jiwanya, suatu kelapangan dalam dadanya dan suatu limpahan dari Allah, jika Allah SWT menghendaki.

4. Keutamaan Dzikir
Dzikir atau mengucapkan kata-kata pujian yang mengingat kebesaran Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dzikir di samping sebagai sarana hubungan antara mahluk dan khaliq (Pencipta) juga mengandung nilai-nilai dan daya guna yang tinggi. Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah mengatakan bahwa dzikir memiliki banyak manfaat yaitu:

a. Menghilangkan rasa sedih, dan gelisah dari hati manusia. Dengan berdzikir istiqamah dapat menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana. Sebagaimana firman Allah SWT, (QS Ar Ra'du: 28) yang artinya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

b. Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah. Dengan berdzikir istiqamah akan mudah meraih apa yang Allah sebut dalam ayat Al-Baqarah, “Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152).

c. Hamba yang senantiasa berdzikir adalah hamba yang cerdas.

d. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang. Dengan berdzikir istiqamah menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.

e. Mendekatkan kepada ahirat dan menjauhkan dari dunia. Senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)

f. Pahala berdzikir sama dengan berinfak dan berjihad dijalan Allah. Dzikir dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan harta, juga dapat menyamai seseorang yang menunggang kuda dan berperang dengan pedang (dalam rangka berjihad) di jalan Allah. Sebagaimana terdapat dalam hadits: “Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sungguh aku banyak bertasbih pada Allah Ta’ala (mengucapkan subhanallah) lebih aku sukai dari beberapa dinar yang aku infakkan fii sabilillah (di jalan Allah).”

g. Dzikir adalah pangkal kesyukuran. Dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah dikatakan bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang enggan berdzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz: “Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu –wahai Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan di setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).” Dalam hadits ini digabungkan antara dzikir dan syukur. Begitu pula Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam firman Allah Ta’ala: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152). Hal ini menunjukkan bahwa penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan keberuntungan.

h. Sudah disiapkan tempat di surga bagi orang yang senantiasa berdzikir, sebagaimana firman Allah, yang artinya : "Laki-laki dan perempuan yang banyak me­nyebut (Nama) Allah, maka Allah telah me­nyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Ahzaab: 35)

i. Mendatangkan nikmat dan menolak bala. Tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab datangnya nikmat dan tertolaknya murka Allah. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim:7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.

j. Allah membanggakan para pedzikir kepada para malaikat. Dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan dari malaikat bagi orang yang berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS.Al Ahzab: 41-43)

k. Dzikir menolong untuk berbuat amal ketaatan. Dzikir kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut, Dia-lah yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu pula Allah yang menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai dari dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.

l. Memberikan kekuatan jasad. Dzikir akan memberikan seseorang kekuatansampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.

m. Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan. Jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia (secara berlebihan), dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tersebut. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia.

5. Pengaruh Dzikir Terhadap Penanggulangan Stres
Individu dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidak nyaman, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stres.
Menurut tinjauan psikologis, dijelaskan bahwa berdzikir dengan penuh kekhusukan dan terus menerus akan membiasakan sanubari senantiasa dekat dengan dengan Allah Swt.. Selanjutnya, secara tidak disadari akan tumbuh kecintaan yang mendalam kepada Allah Swt dan semakin erat hubungan hamba dengan Tuhannya. Secara psikologis hal ini akan menumbuhkan penghayatan terhadap kehadiran Allah Swt. dalam setiap gerak hidupnya. Hasilnya ia tidak akan merasa hidup sendirian di dunia karena ada Dzat yang Maha Mendengar segala kesusahan.

Dinamika psikologis melalui kegiatan spiritual, seperti berdzikir akan membuat seseorang mengalami keadaan santai (relaksasi), tenang dan damai. Ketenangan yang diperoleh dari doa tersebut akan menghasilkan dampak relaksasi yang berguna bagi seseorang yang sedang mengalami kondisi stress. Dengan ketenangan yang diperoleh dari doa, maka akan memungkinkan mempengaruhi seseorang yang sedang mengalami stres untuk mencoba mengambil langkah sebagai upaya untuk mengatasi masalahnya (coping stress) salah satunya dengan berzikir.

Dzikir berawal dari Iman menyebabkan hati kita mempunyai pusat ingatan atau tujuan ingatan. Dan ingatan kepada Tuhan itu menimbulkan tenteram, dan dengan sendirinya hilanglah segala macam kegelisahan, fikiran kusut, putus asa, ketakutan, kecemasan, keragu-raguan dan duka cita. Ketenteraman hati adalah pokok kesehatanrohani dan jasmani. Ragu dan gelisah adalah pangkal segala penyakit. Orang lain kurang sekali dapat menolong orang yang meracun hatinya sendiri dengan kegelisahan. Kalau hati telah ditumbuhi penyakit, dan tidak segera diobati dengan iman, yaitu iman yang menimbulkan dzikir dan dzikir yang menimbulkan thuma’ninah, maka celakalah yang akan menimpa. Hati yang telah sakit akan bertambah sakit, dan puncak segala penyakit hati ialah kufur akan nikmat Allah.

Hati yang telah tenteram menimbulkan sikap hidup yang tenang, dan ketenangan memelihara nur di dalam jiwa yang telah dibangkitkan oleh Iman. Sehingga hanya perbuatan baik saja yang akan diamalkan, Ilham Allah selalu tertumpah dan hidup pun menjadi bahagia tenteram karena kekayaan terletak dalam hati. Kebahagiaan di dunia itu pun menentukan tempat bahagia pula kelak di akhirat, yaitu surga yang telah disediakan Allah sebagai tempat kembali yang terakhir.

Betapa indah sekiranya jika memiliki hati yang senantiasa tertata, terpelihara dan terawat dengan sebaik baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenang, tenteram sejuk dalam menikmati indahnya hidup di dunia ini. Semua itu akan tercermin dalam setiap gerakgerik, prilaku, tutur kata, tatapan mata, sunggingan senyum, riak air muka, bahkan diamnya sekalipun.

Orang yang hatinya tertata dengan baik takkan pernah sedikitpun merasa gelisah, bermuram durja, ataupun gundah gulana. Kemanapun ia pergi dan di manapun ia berada, ia selalu mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa selalu berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya tertambat bukan pada hal-hal yang fana melainkan selalu ingat dan merindukan Dzat yang maha memberi ketenangan, Allah Azza wa Jalla.
Dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut nama-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka jiwanya menjadi tenang.

Dengan berdzikir hijab yang ada dalam hati akan terbuka dan menjadikan manusia yang selalu dan pandai bersyukur atas segala nikmat, rahmat dan karunia yang diperolehnya, serta membersihkan hati dan jiwa manusia dari segala kotoran perbuatan kebinatangan. Dzikir menjadikan hati manusia penuh dengan rasa cinta kasih terhadap sesama. Di samping itu, dzikir merupakan salah satu jembatan penghubung bagi manusia untuk mencari dan mendapatkan ridla Allah SWT. Dzikir membersihkan hati manusia dari rasa iri, benci dan sebagainya, serta membuang sifat buruk yang melekat pada diri dan jiwa manusia. Dan yang paling utama dengan berdzikir akan menjadikan seorang manusia pandai mengendalikan hawa nafsu, dan dapat menanggulangi stres.

Pengunjung