Makalah Ilmu Alamiah Dasar | Mengapa Manusia Selalu Memburu Ilmu Pengetahuan..?

Pada postingan kali ini admin akan memberikan beberapa pertanyaan berikut jawabannya yang terkait dengan ilmu pengetahuan diantaranya 1) mengapa manusia selalu memburu pengetahuan? 2) berfikir dan berdzikir harus berimbang  3) Jelaskan masing-masing langkah pada metode ilmiah ? dan seterusnya. masih banyak lagi, untuk lebih rincinya maka silahkan baca saja ok..karena pasti bermanfaat.  
1.    Mengapa manusia selalu mamburu pengetahuan?
Jawaban:
Manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan merupakan makhluk yang dianugrahi kemampuan paling tinggi diantara makhluk-makhluk lain, memiliki sifat unik, yaitu rasa ingin tahu (instinct). Walawpun hewan juga memiliki insting, namun rasa ingin tahu manusia terus berkembang seolah tanpa batas. Perburuan pengetahuan manusia bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan alam pikirannya.
Rasa ingin tahu manusia terus berkembang mulai dari hal sederhana sampai hal-hal yang kompleks, karena bagi manusia, secara fitrah (apapun yang ada disekelilingnya dapat menimbulkan rasa ingin tahu seperti yang diungkapkan oleh Rochmah bahwa manusia selalu memburu pengetahuan karena manusia mempunyai fitrah ingin tahu berbagai masalah (Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi, 2004. Jakarta: Departemen Agama RI). Rasa ingin tahu manusia juga tidak terpuaskan sebab, jika salah satu soal dipecahkan maka soal yang lain akan timbul. (Dewiki, Santi, dan Sri Yuniarti. Ilmu Alamiah Dasar. Cetakan 3. 2006. Jakarta: Universitas Terbuka).
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَ عَلمتٍ قح وَ بِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُوْنَ
“Dan (Dialah yang menciptakan) tanda-tanda. Dan melalui bintang (pun) mereka mendapat petunjuk.” (Qs. An-Nahl: 16).
Selain itu, Allah SWT. Juga memerintahkan kepada manusia untuk terus mencari pengetahuan. Hal ini dimaktubkan dalam Al-Qur’an:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
“ Bacalah dengan nama Tuhan-Mu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah karena Tuhan-Mu yang Maha Mulia. Yang mengajarkan dengan kalam.Yang mengajarkan apa-apa yang belum diketahuinya.”
 (Qs. Al-‘Alaq: 1-5)
Dengan dimilikinya llmu, maka manusia akan mulia, hal tersebut dijelaskan dalam Qs. Al-Mujadalah: 11, yang artinya:
“ …Allah akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu…”.
Sehingga jelaslah bahwa manusia harus selalu memburu ilmu pengetahuan, apabila dia ingin mendapat kebahagiaan dunia dan juga di akhirat.
2.    Jelaskan bahwa berfikir dan berdzikir harus berimbang ?
Jawaban:
Berfikir dan berdzikir adalah dua hal yang terjadi pada ranah/area yang sama, yaitu fikiran. Namun berbeda dalam cara (manner) melakukannya. Berfikir adalah bagian dari menemukan pengetahuan, sedangkan berdzikir adalah bagian dari pendekatan diri kepada sang Pencipta.
Befikir dan berdzikir ini bukan dua hal yang saling bertentangan, namun justru saling berkaitan. Setelah kita mendapatkan pengetahuan/ilmu dari proses fikir, maka dengan adanya proses dzikir, pengetahuan yang didapat akan mendorong kita untuk semakin bersyukur akan keagungan sang Pencipta. Apabila kedua hal ini seimbang, manusia akan mampu berkarya di bumi ini dengan hasil terbaik.
Pemikiran itu adalah cahaya yang masuk dalam hatimu. Dan mungkin bisa digambarkan seperti dalam syair, “Jika seseorang bertafakur, maka segala sesuatu ada pelajaran baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/438), (Majalah Tarbawi, edisi 61 Th. 4/Rabiul Tsani 1424 H/12 Juni 2003 M).
Dalam buku Manajemen Informatika: 23-24 yang ditulis Fazlurrahman. Ian G. Barbour mengungkapkan bahwa agama dan sains merupakan dua wilayah yang berbeda, namun berada dalam satu kesatuan yang utuh dalam memahami realita kehidupan, pernyataan lai yang mendukung pentingnya keseimbangan antara berfikir dan berdzikir adalah bahwa perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun di atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar (Syahidin, Drs. M. Pd. Dkk, Islam untuk disiplin Ilmu Manajemen Informatika. 2004, Jakarta: Departemen Agama)
3.    IPA melibatkan 3 (tiga) elemen utama yaitu sikap, proses, produk. Uraikan beberapa keterampilan proses yang harus dimiliki siswa (tingkat SMP) !
Jawaban:
Beberapa keterampilan proses yang harus dimiliki oleh siswa SMP adalah sebagai berikut:
1)    Mengamati
Untuk dapat mencapai keterampilan ini, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin indranya, yaitu melihat, mendengar, merasakan/mencium dan mencicipi. Hal ini dilakukan agar ia dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai. Selanjutnya siswa harus mampu mencari kesamaan dan perbadaan.
2)    Menafsirkan pengamatan
Siswa harus mencatat setiap pengamatan secara terpisah untuk kemudian dihubung-hubungkan. Setelah siswa menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, maka ia dapat mengambil kesimpulan.
3)    Meramalkan
Siswa harus mampu menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mugkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya.
4)    Menggunakan alat dan bahan
Siswa harus memahami mengapa dan bagaimana mengguakan alat dan bahan dengan benar.
5)    Menerapkan konsep
Siswa harus mampu menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru juga menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi (menyusun hipotesis).
6)    Merencanakan penelitian
Dalam hal ini, secara berurut, siswa diharapkan mampu menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian, menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan mana yang harus berubah, menentukan apa yang akan diamati, diukur,atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja, dan menentukan bagaimana mengolah hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan.
7)    Berkomunikasi
Siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas, menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan, dan menggambarkan data dengan grafik, dan lain-lain.
8)    Mengjukan pertanyaan
Siswa diharapkan mampu bertanya apa, bagaimana dan mengapa, bertanya untuk meminta penjelasan dan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.
(Modul Kegiatan Belajar 2: Biologi FKIP UNIGAL)
4.    Jelaskan masing-masing langkah pada metode ilmiah!
Jawaban:
Menurut Darmadjo (1986: 17) langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1)    Perumusan masalah
Masalah di sini adalah suatu pertanyaan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang diteliti. Masalah tersebut harus jelas batas-batasnya serta dikenal factor-faktor yang mempengaruhinya.
2)    Penyusunan hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukan kemungkinan-kemungkian jawabannya untuk memecahkan masalah-masalah yang telah ditetapkan atau merupakan dugaan yang didukung oleh pengetahuan yang ada atau juga bisa dipandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diobservasi melalui eksperimen untuk menguji kebenarannya.
3)    Pengujian hipotesis
Dalam tahapan ini kita harus mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat menunjukan apakah fakta-fakta tersebut dapat diperoleh melalui pengamatan langsung (dengan mata atau melalui teleskop) atau melalui eksperimentasi, selanjutnya fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.
4)    Penarikan kesimpulan
Kesimpulan harus berdasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang telah kita buat dapat diterima karena data-datanya mendukung hipotesis atau sebaliknya, ditolak, karena fakta-fakta yang ada tidak mendukung hipotesis tersebut.
5.    Apa yang dimaksud dengan konsep, prinsip, hukum, dan teori? Lengkapi dengan contohnya masing-masing!
Jawaban:
a.    Beberapa cirri konsep IPA yang dikemukakan oleh Dahar dan Liliasan (1986: 2) sebagai berikut:
-    Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau kelompok orang. Konsep itu adalah semacam symbol.
-    Konsep timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep ialah suatu generalisasi.
-    Konsep adalah hasil berfikir abstrak manusia yang menerangkan banyak pengalaman.
-    Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat, disebabkan karena timbulnya fakta-fakta baru, sehingga konsep itu mengalami perubahan. (Konsep atom zaman Dalton berbeda dengan konsep atom yang sekarang dipahami orang).
Dengan beberapa ciri tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa konsep adalah symbol buah pikiran manusia yang digeneralisasi dari berbagai pengalaman yang tidak bersifat konstan atau dapat berubah sewaktu-waktu dengan munculnya suatu pengalaman baru.
Contoh konsep dalam IPA adalah angin, cahaya, penyerbukan, listrik, dan lain-lain.
b.    Prinsip disebut juga azas yang menurut Darmodjo (1986: 5-10), prinsip atau azas dalam dalam Ilmu Pengetahuan Alam dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang mengandung kebenaran yang bersifat mendasar dan berlaku umum. Prinsip juga bisa diartikan pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala tertentu yang mampu menjelaskan suatu kejadian. (Jujun S. Suria Sumantri. 1986: 155).
Contoh : Sifat benda cair adalah mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
c.    Hukum dalam IPA merupakan suatu pernyataan yang mengungkapkan adanya hubungan antara gejala alam yang konsisten baik berupa hubungan sebab akibat atau tidak. Hukum merupakan fakta bersifat spesifik  dan universal dan telah diuji kebenarannya oleh para ahli.
Arti lain dari hukum adalah pernyataan hubungan 2 (dua) variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. (Hj. Rochmah N, Ir. M. Eng. Sc. Islam Untuk Disiplin Ilmu Teknologi. 2004. Jakarta: Departemen Agama).
Contoh: Hukum I Kepler. (Johanes Kepler) menyatakan bahwa semua planet berputar mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk elips dengan matahari sebagai salah satu titik apinya. (Purwanto, Budi, Drs. M. Si. Pelajaran Fisika Untuk Kelas 2 SMU. 2000. Solo: Tiga Serangkai).
d.    Teori adalah suatu pernyataan untuk menjelaskan mengapa suatu gejala alam atau hubungan antara gejala alam itu terjadi. Teori memiliki bentuk beragam, bisa berbentuk pernyataan, bagan gambar maupun rumus matematika.
Teori juga merupakan landasan ilmu yang telah teruji kebenarannya. (Dewiki, Santi, dan Sri Yuniarti. Ilmu Alamiah Dasar. Cetakan 3. 2006. Jakarta: Universitas Terbuka).
6.    Jelaskan perbadaan antara IPA zaman modern dengan IPA pada zaman sebelumnya?
Jawaban:
a)    IPA zaman modern ialah IPA kuantitatif, yaitu IPA yang selalu menggunakan pengukuran-pengukuran serta perhitungan-perhitungan matematika/statistika untuk menetapkan kebenaran.
Contoh: Penggunaan rumus   untuk mengetahui perbesaran bayangan.
M= Pebesaran bayangan         h= Tinggi benda
hi = Tinggi bayangan        si= Jarak bayangan
    s =  Jarak benda
(Purwanto, Budi, Drs. M. Si. Pelajaran Fisika untuk kelas 2 SMU. 2000. Solo: Tiga Serangkai).
Konsep IPA modern telaahnya bersifat mikroskopis; meneliti benda-benda/objek yang tidak bisa dilihat, atau kalaupun bisa tidak jelas dilihat oleh mata telanjang (objek-objeknya sangat kecil). (Modul Kegiatan Belajar 2, Prodi Biologi. FKIP UNIGAL).
IPA modern diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah disertai pengujian-pengujian berulang kali.
b)    IPA pada zaman sebelumnya adalah IPA Kualitatif, yakni sesuatu dikatakan ilmiah apabila suatu pernyataan itu sesuai dengan objeknya (objektif) dengan berdasarkan atas pengamatan panca indra, IPA ini tidak dapat menjawab pertanyaan bersifat kausal (sebab akibat), melainkan hanya yang bersifat factual.
Contoh: Manusia dan hewan bisa bernafas dan berkembang biak
Konsep IPA klasik telaahnya bersifat makroskopik; benda-benda/objek yang ditelaah adalah benda-benda yang dapat dirasakan langsung oleh panca indra.
IPA klasik tidak melandaskan simpulan pada hasil pengujian namun lebih pada pengalaman yang bahkan pelakunya sendiri mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang melibatkan diri dalam suatu proses IPA. (Dewiki, Santi dan Sri Yuniarti. Ilmu Alamiah dasar, cetakan. 3. 2006. Jakarta: Universitas Terbuka).
7.    Jelaskan bahwa IPA pun memiliki keterbatasan!
Jawaban:
IPA memiliki keterbatasan karena sifat IPA adalah tentative; suatu simpulan atau pernyataan dianggap benar apabila belum ada simpulan yang menyatakan kebenaran baru dan menolak simpulan terdahulu.
Oleh karena itu, suatu teori yang sekarang dinggap benar, mungkin saja itu adalah teori yang keliru pada suatu saat. Contoh nyata yang dapat kita ambil adalah hancurnya teori evolusi Darwin oleh teori penciptaan alam semesta yang dikemukakan oleh seorang ilmuan Islam asal Turki, dengan nama pena Harun Yahya.
Selain itu, IPA adalah ilmu yang muncul di pikiran manusia yang kemampuan dan penalarannya terbatas, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadi suatu kekeliruan dari proses penafsiran suatu kejadian atau gejala alam. Pandangan mata dan struktur ingatan manusia memiliki kemampuan terbatas yang dapat menyebabkan distorsi baik dalam pengambilan data observasi, eksperimen dan rasionalisme. (Azra, Azyumardi, DR. Prof. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. 2002. Jakarta : Departemen Agama RI).
Dalam QS. At-Takwir : 29, Alloh SWT Berfirman :
وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“Dan apa yang kamu kehendaki itu tidak bisa terlaksana, kecuali jika dikehendaki oleh Allah, Tuhan Semesta Alam”
Karenanya IPA tidak mungkin dapat memahami kenapa gedung hotel bertingkat yang dibangun dengan besi, lapisan semen yang berkualitas tinggi hancur oleh air tsunami, sedangkan Masjid kecil yang hanya terdiri dari susunan kayu, itupun sudah tua, tetap kokoh berdiri di Tanah Rencong.
Artinya, dapat kita simpulkan bahwa keterbatasan IPA, bukan hanya karena bersifat tentative, tapi juga keterbatasan penalaran manusia dan adanya kekuatan Sang Maha Pencipta, Alloh SWT, sehingga banyak kejadian di alam raya ini yang tidak bisa dipahami dengan nalar, tapi bisa dipahami dengan keimanan.
8.    Mengapa Penalaran deduktif memiliki kelemahan-kelemahan ?
Jawaban :
Karena simpulan ditarik dari sesuatu yang umum menuju sesuatu yang khusus, maka simpulan ini hanya benar jika kedua premis yang digunakan benar dan cara menarik simpulannya benar, jika ada satu saja hal yang salah dari ketiganya maka simpulan yang diambil tidak benar. (Dewiki, Santi dan Sri Yuniarti. Ilmu Alamiah Dsar Cetakan 3. 2006. Jakarta : Universitas Terbuka)
Masalah utama dari penalaran deduktif adalah kesulitan untuk menilai kebenaran premis-premis yang digunakan. Hal ini karena penalaran deduktif bersifat abstrak, maka untuk mengetahui kebenaran premis-premis tersebut, kita harus mengujinya. Namun, dengan demikian, menggunakan penalaran ini, tentu akan membuat kita memiliki pengetahuan yang belum tentu dapat diterima oleh semua pihak, karena premis yang digunakan bukanlah merupakan hasil pengujian, namun lebih dititikberatkan pada pengamatan pribadi yang belum diuji.
9.    Berikan contoh penggunaan penalaran induktif !
Jawaban :
-    Premis 1     : Air bila didinginkan dalam suhu tertentu membuka
  Minyak bila didinginkan dalam suhu tertentu membeku
Premis 2    : Air dan minyak adalah benda cair
Simpulan    : Setiap benda cair bila didinginkan dalam suhu tertentu
  membeku
-    Premis 1     : Hewan berkembang biak
  Manusia berkembang biak
  Timbuhan berkembang biak
Premis 2    : Hewan, manusia dan tumbuhan adalah makhluk hidup
Simpulan    : Semua makhluk hidup berkembang biak.
10.    Jelaskan bahwa peranan matematika dalam IPA sebagai alat Bantu !
Jawaban :
Matematika dan IPA tidak akan mungkin dipisahkan. IPA bahkan tidak akan berkembang tanpa adanya matematika. IPA sangat memerlukan matematika dalam banyak hal. Peranan utama matematika adalah dalam IPA kuantitatif, yaitu IPA yang dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung oleh data kuantitatif (menggunakan perhitungan matematika atau statistik).
Bukti pentingnya ketergantungan IPA terhadap matematika adalah dalam contoh pengukuran jarak antara bumi dengan bulan. Dalam hal ini, IPA tidak mungkin menggunakan metode aksi, maka yang dilakukan Hippercus (150 SM) adalah dengan menggunakan metode deduksi dengan menerapkan ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa bulan terletak antara bumi dan matahari. Ia juga terilhami oleh gerhana bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan saat itu digunakan untuk memperkirakan jarak bumi dengan bulan. Ia menyimpulkan bahwa jarak bumi ke bulan ialah 24.000 mil. (Dewiki, Santi dan Sri Yuniarti. Ilmu Alamiah Dasar, Cetakan 3. 2006. Jakarta : Universitas Terbuka).

Pengunjung