Makalah IPS | Fenomena Fisik | Fenomena Manusia | Kemajemukan Agama | Kondisi Pembangunan Indonesia..!!

Pada postingan kali ini penulis akan membahas sebuah suguhan buat pembaca yaitu Makalah IPS yang mana dalam kesempatan kali ini akan dikaji mengenai apa yang dimakud dengan Fenomena Fisik (lingkungan alam) dan Fenomena Manusia (lingkungan sosial) kemudian akan dibahas juga tentang Kemajemukan Agama, Ras, Etnik di Indonesia dan terakhir adalah Kondisi Pembangunan di Indonesia yang mudah-mudahan bermanfaat.
Menurut bahasa, kata manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (latin), yang berarti berpikir, berakal budi, atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Menurut istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Sedangkan lingkungan adalah kestuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial. Karena lingkungan sangat berarti bagi manusia. Banyak manfaat yang diambil dari lingkungan, dan lingkungan itu juga membutuhkan manusia untuk tetap menjaganya. Hubungan inilah yang disebut hubungan timbal balik antar komponen makhluk hidup dan lingkungannya. Perbedaan lingkungan menyebabkan keberagaman dalam hal agama, ras dan etnik. Kehidupan di suatu wilayah dengan wilayah yang lain berbeda-beda. Perbedaan ini didasarkan atas pembangunannya, baik dalam segi fisik, sosial, maupun ekonominya.
KAJIAN
A. Fenomena Fisik (Lingkungan Alam) dan Fenomena Manusia (Lingkungan Sosial)
Permukaan bumi merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup. Menurut ilmu lingkungan, permukaan bumi adalah ekosistem yang sangat luas dan dapat dibedakan atas sejumlah ekosistem yang lebih kecil. Di dalam ekosistem terdapat interaksi antara makhluk hidup dengan alam lingkungannya. Ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan interaksi tersebut dikenal dengan istilah ekologi.
Istilah ekologi, pada awalnya diperkenalkan oleh salah seorang ahli biologi Jerman, yang bernama Ernest Haekel. Menurut haekel, ekologi berasal dari kata oikos yang artinya rumah tangga dan logos yang berarti pengetahuan. Jadi ekologi, adalah ilmu pengetahuan mengenai hubungan timbal balik yang dinamis antara makhluk hidup dengan rumah tangga atau lingkungannya.
Di dalam ekosistem terdapat tatanan kesatuan yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-unsur lingkungan hidup tersebut diantaranya adalah manusia, unsur alam hayati, dan unsur alam non hayati, serta sumber daya buatan. Singkat kata, di lingkungan ekosistem kehidupan akan dijumpai fenomena fisik (lingkungan alamiah) dan fenomena manusia (lingkungan sosial).
Unsur dan atau komponen lingkungan hidup sebagaimana telah disinggung diatas secara lebih rinci terdiri atas: (1) komponen lingkungan fisik (abiotik environment) seperti tanah, batuan, dan iklim, (2) komponen biologi (biotic environment) seperti tumbuhan, hewan, dan jasad renik, dan (3) sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan sebagai hasil karya dan karsa manusia sebagai lingkungan budaya (cultural environment).
Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi memiliki saling keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya, dan komponen yang satu akan dipengaruhi yang lain. Jadi, dengan demikian, lingkungan hidup itu merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri atas berbagai subsistem. Subsistem itulah yang dinamakan dengan unsure atau komponen lingkungan hidup.
Dengan penjelasan di atas, hidup manusia di permukaan bumi tidak sendirian, melainkan ditemani makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu, bukanlah hanya sekedar teman biasa yang berposisi netral terhadap manusia, melainkan kelangsungan hidup kita itu sangat tergantung kepada mereka.
Hubungan antara makhluk hidup, terutama manusia dengan lingkungannya, sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Ketika manusia hadir untuk pertama kalinya di permukaan bumi, maka pada saat itu pulalah manusia sudah membutuhkan bantuan lingkungan, seperti membutuhkan udara bersih untuk bernafas, membutuhkan air untuk minum dan mandi, serta membutuhkan pakaian dan tempat tinggal yang semua bahan-bahannya berasal dari alam, baik diambil langsung ataupun tidak.
Ketika awal pertumbuhan penduduk masih sedikit, hubungan itu masih berlangsung dalam suasana penuh keseimbangan dan keakraban, bahkan ada kesan bahwa nampaknya aalam tidak akan pernah habis. Namun, ketika jumlah umat manusia makin banyak, sementara pertumbuhan dan perkembangan sumber-sumber alam relatif tetap, maka kelangsungan kehidupan manusia mulai mengalami ancaman, sebab sumber daya alam kian menipis, sementara yang membutuhkan makin banyak. Akhirnya munculah berbagai anjuran dan atau himbauan untuk mulai menghemat dan mengkonservasi sumberdaya alam.
Dari uraian di atas, jelas telah Nampak bahwa manusia itu pada dasarnya dapat bertahan hidup karena peranan unsur-unsur lingkungan hidup. Hubungan timbale balik antara unsure makhluk hidup termasuk manusia dengan unsur-unsur fisik, adalah sebagai berikut :

                                          
 Menurut Carl Ritter seorang ilmuan geografi dengan aliran fisis determinisnya, menyatakan bahwa manusia adalah cerminan dari keadaan buminya. Segala hal yang menyangkut hidup manusia ditentukan oleh alam. Aliran fisis determinis, didukung oleh Friederich Ratzel (1844-1904) seorang tokoh Geografi Jerman yang menyatakan bahwa alam menentukan kehidupan manusia. Para pendukung aliran fisis determinis selalu mengatakan bahwa keadaan alam suatu daerah seperti cuaca, iklim, persediaan air, jenis tanah, jenis batuan, flora dan fauna, dimana manusia itu berada akan menentukan sifat lahir dan rohaninya.
Aliran fisis determinis kurang populer di Eropa. Ferdinan Von Richthofen menyarankan bahwa aliran fisis determinis tidak selalu benar bahkan banyak kekeliruan. Ia menyatakan bahwa permukaan bumi merupakan landschaft yang didalamnya mempelajari tentang keadaan alam dan aktivitas manusia yang ada pada alam yang didiaminya. Sejalan dengan Hetter, Paul Vidal de la Blache (1854-1918) menentang faham fisis determinis. Ia mengatakan bahwa alam bukan merupakan penentu suatu kebudayaan, fisik atau rohani manusia, tetapi alam hanya berfungsi sebagai pemberi kemungkinan terhadap aktivitas manusia yang akan melahirkan kebudayaan. Karena itu manusia adalah makhluk yang dapat bertindak aktif, tidak menunggu segala sesuatu yang disediakan oleh alam. Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang berakal dan mampu mengatasi alam serta berusaha mngubah keadaan sekelilingnya demi masa depan kehidupan yang lebih baik. Aliran ini kemudian dikenal sebagai faham posibilis.
Hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya yang berbeda diyakini mempengaruhi kebudayaan manusia. Oleh karena lingkungan alam berbeda maka kebudayaan tercipta juga akan berbeda satu dengan yang lainnya. Bronislaw Malinowski dalam Mutakin dan Pasya (2002) mengatakan bahwa lahirkan kebudayaan tercipta karena tuntutan kebutuhan dasar yang direspon oleh budaya manusia. Respon budaya ini sebagai suatu tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dialami setiap manusia semenjak kemunculannya.
Adapun kebutuhan dasar akan mendapat respon budaya dari setiap masyarakat, menurut Mutakin dan Pasya (2002) sebagai berikut :
  1. Respon budaya terhadap kebutuhan yang menunjang terhadap kehidupannya yang melahirkan mata pencaharian.
  2. Kebutuhan dasar kedua menyangkut keinginan untuk melanjutkan keturunan yang pada dasarnya terjadi pada setiap manusia, tetapi disetiap masyarakat menanggapinya dengan perkawinan yang disesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku beserta system kekerabatannya.
  3. Kondisi alam di berbagai belahan bumi walaupun umum nampaknya sama, tetapi setiap masyarakat yang berada diberbagai daerah dan kebudayaannya akan menanggapi lingkungannya sendiri, baik yang berada di tepi pantai, dataran rendah, maupun pegunungan, bahkan mereka yang berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi atau di daerah yang curah hujan rendah ataupun daerah yang memiliki suhu udara tinggi atau di daerah yang suhu udaranya rendah.
  4. Manusia tidak akan selamanya terhindar dari kecelakaan yang mungkn menimpanya, karena itu mererka harus menjaga keselamatannya sendiri.
  5. Setiap manusia semenjak dilahirkan sampai menjadi dewasa mengalami pertumbuhan, setiap pertumbuhannya memerlukan pendidikan dan latihan yang sesuai dengan perkembangan kejiwaannya.
  6. Selanjutnya setiap masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menjadi sehat, baik dalam hal mengolah makanan, kebersihan lingkungan, ataupun pengetahuan tentang pengobatan.
B. Kemajemukan Agama, Ras, dan Etnik
Ahli genetik menyatakan bahwa keragaman manusia pada dasarnya diterima dari sejumlah sifat orangtuanya, seperti bentuk hidung, warna kulit, bentuk dan warna rambut, warna mata, dan sebagainya. Unit-unit pembawa sifat itu disebut genes; ribuan pasang genes tersusun dalam pasangan-pasangan krosoma: tetapi setiap sel reproduktif dari seorang laki-laki dan perempuan, hanya membawa satu dari setiap pasang genes. Hasil kerjasama fertilisasi dan atau perkawinan ini, selanjutnya berkembang dalam setiap janin sehingga jumlah pasangan genes tersebut menjadi sama seperti yang terdapat pada orangtuanya.
Gen dominan biasanya berasal dari kedua orangtuanya yang diwariskan kepada setiap generasinya dengan sekumpulan sifat yang independent. Jika suatu kelompok manusian hidup dalam komunitas kecil dengan lingkungan yang sangat mirip mungkin akan menampakan suatu varitas tertentu yang dominan dalam penampilan, sedangkan sifat-sifat lainnya akan muncul dalam jumlah yang hanya kecil saja. Jadi mungkin saja sebagian dari varitas itu di sebabkan oleh perbedaan lingkungan, sedangkan yang lainnya lebih banyak di timbulkan melalui pencampuran dan penggantian genes pada setiap generasi.
Varitas baru yang dilahirkan adalah kelanjutan dan peristiwa mutasi gene, suatu perubahan struktur yang permanen dalam suatu gene, suatu penataan kembali atom-atom dalam suatu komplek molekul, sebagai akibat hilangnya atau pindahnya beberapa sifat. Akumulasi mutasi-mutasi dalam suatu kelompok, bisa membawa membawa perubahan-perubahan yang intensif. Kondisi-kondisi yang dilepaskan dari peristiwa mutasi-mutasi tersebut adalah selection dan isolation yang dipengaruhi oleh relativitas lokasi di mana individu tesebut tumbuh dan berkembang.
Prinsip dari natural-selection atau saringan alamiah adalah bahwa semua spesies yang memiliki kemampuan bertahan yang lebih besar dari pada spesies lainnya pada kondisi-kondisi kehidupan di sekelilingnya akan eksis secara normal, sedangkan bagi mereka yang daya penyesuaian dirinya buruk, maka merekalah yang akan musnah. Teori ini masih sulit dipahami karena tidak ada bukti, misalnya dari jenis manusia manakah yang telah punah. Dari mereka yang punah, warna kulitnya apa dan bagaimana bentuknya.
Sulitnya pembuktian itu, maka disusunlah teori bahwa seleksi lingkungan dapat diterangkan bahwa kondisi-kondisi lingkungan tersebut memungkinkan untuk melakukan mutasi dan kombinasi pada diri manusia. Suatu lingkungan cenderung memberikan kesempatan untuk beradaptasi secara teus menerus, dan memberi kesempatan untuk berkurangnya daya adaptasi bagi kelompok kehidupan lainnya.
Adapula teori social selection yang berarti berbagai bentuk hambatan arti visial (produk-produk gagasan atau rekayasa manusia) yang bersumber dari kesatauan-kesatuan sistem pengendalian yang diberlakukan terus di dalam suatu kelompok atau mungkin suatu generasi, dengan randombreeding. Seleksi sosial ini misalnya pelarangan perkawinan antara orang berkulit putih dengan orang yang berkulit hitam sehingga ras tertentu tetap terpelihara.
Teori lainnya adalah isolation dari sudut pandang genetic, yaitu terpisahnya satu kelompok seketurunan dan yang lainnya, yang masih dari spesies yang sama. Semua komunitas yang terisolasi, setelah sekian lama, maka secara fisikal akan menampakan perbedaan. Baik mereka tinggal di lingkungan yang sama maupun tidak bagi mutasi yang random. Suatu populasi yang kecil dan terisolasi mutasinya tidak berlaku bagi kelompoknya. Kasus ini disebut genetik-drift. Jika kelompok kecil tinggal di lingkungan dengan peluang yang sama, maka mereka akan menjadi lebih berbeda secara fisikal, hal ini di karenakan oleh efek-efek dan natural selection yang meningkat pada genetik-drift. Orang-orang yang terpisah dengan cara ini melahirkan varitas-varitas dengan penyebaran pola-pola genetik secara sama atau homozygous.
Dalam pengelompokan ras manusia, para ahli membaginya atas tiga kelompok, yaitu: Negroid, Mongoloid, dan Caucasoid.
Kemasan Negroid meliputi kelompok orang yang berkulit hitam, rambut hitam keriting halus, mata gelap, hidung lebar dan datar, bibir tebal, kepala panjang, postur tubuh pendek dan kokoh. Seleksi wilayahnya tersebar di Afrika Barat dengan wilayah bersuhu rata-rata yang tinggi dan bentang alamnya berbentuk savanna.
Kemasan Mongoloid rata-rata bercirikan kulit kuning terang sampai coklat, mata coklat, rambut hitam lurus hitam mengkilap, hidung dan muka datar kepala datar, epicanthic eyefold,, tulang pipi menonjol, postur tubuh pendek dan kokoh. Wilayah seleksinya berkondisi kering dan bentang alam steppa di lintang menengah, dengan musim summer dan winter yang jelas.
Kemasan Caucasoid rata-rata bercirikan kulit dan mata terang, rambut mengkilap dan bergelombang, hidung sempit, bibir tipis dan berbulu badan lebat. Wilayah seleksinya di Eurasia Barat dengan kondisi iklim lembab, dingin dan bentang alamnya merupakan semak yang berselang-seling.
Selain perbedaan ras dan etnik, lingkungan masyarakat juga menciptakan suatu sistem kepercyaan dan atau idiologi. Hampir setiap masyarakat tidak akan terlepas dari ideologi yang dimiliki bersama. Sistem kepercayaan (agama) merupakan hal yang paling utama diantara beberapa ideologi.
Agama sulit untuk dirumuskan karena banyak memiliki tahapan dalam berbagai macam kebudayaan. Pada dasarnya, agama menunjukan keyakinan manusia terhadap supernatural karena terdapat sesuatu yang muncul dalam diri setiap orang. Lebih jauh lagi agama dapat dikaji melalui rentang waktu yang dimulai dan munculnya bentuk-bentuk keyakinan yang menghormati roh nenek moyang sampai yang bersifat Monoteisme.
Dikalangan orang-orang primitif, agama memuat keyakinan terhadap sejumlah kekuatan yang ada diluar manusia sebagai tempat untuk memohon petunjuk ketika mereka menghadapi saat-saat kritis. Kekuatan-kekuatan tersebut dapat saja sebagai roh orang yang telah mati, makhluk halus yang menghuni gunung, batu besar, pohon besar, pada binatang tertentu atau segala makhluk yang tidak berwujud.
Kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus tersebut dikenal dengan sebutan Animisme. Berbeda dengan kepercayaan pada ma’na yaitu, kekuatan supernatural yang dimanifestasikan pada individu tertentu atau pada benda yang dianggap memiliki kekuatan luar biasa dan keajaiban. Sampai sekarang, jenis kepercayaan ini dihubungkan dengan masyarakat yang masih terbelakang, disebut Tribal Religions yang merupakan awal dari terbentuknya sistem kepercayaan dimuka bumi.
Pengertian religi menurut Durkheim adalah a unified system of beliefs and practices relative to sacred thins, that is to say, things set apart and forbidden-beliefs and practices which unite into one single moral community called a churh, all those who adhere to them. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka kegiatan reeligi yang dilakukan masyarakat, nempaknya memerlukan suatu alat yang dianggap suci dalam bentuk simbol yang diyakini bersama memiliki suatu kekuatan yang dapat mempersatukan kehidupan mereka yang disebut Totem. Menurut Johnson (1988:197) nama totem ini adalah nama atau lambang klan itu dan mereka percaya bahwa benda totem itu mewujudkan prinsip totem yang suci, atau apa yang disebut ma’na.
Durkheim dan Levy Bruhi memiliki kesamaan terhadap religi dalam hal kepercayaan kolektif yang dimiliki masyarakat, yaitu sama-sama adanya suatu kepercayaan yang dilandasi oleh adanya kekuatan supra-natural yang dihasilkan oleh fenomena alam yang muncul di lingkungan kehidupan masyarakat primitif, kemudian ditanggapinya sebagai suatu gambaran kolektif dan diyakini bersama, keduanya menekankan bahwa kehiduan masyarakat akan menentukan keberadaan individu, begitu pula bahwa religi yang dianut individu sebagai hasil dan keyakinan yang dianut bersama dalam masyarakat. Adapun perbedaanya, bahwa Durkheim lebih menekankan pada integrasi masyarakat yang dilandasi oleh adanya solidaritas, sedangkan Levy Bruhi menekankan pada adanya gambaran kolektif yang memberikan bayangan bagi setiap individu di dalam masyarakat primitif.
Religi yang dikemukakan oleh Levis Strauss dimulai dan adanya magic yang muncul dan pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dukun terhadap setiap warga masyarakat yang sakit. Kesembuhan dan adanya sakit tersebut sebagai suatu pertolongan yang dilakukan oleh roh leluhur masyarakat yang membantu dan melindungi warganya melalui perantaraan dukun yang bersangkutan. Dukun sihir memberikan keyakinan terhadap masyarakat akan adanya kekuatan gaib yang dimilikinya, sehingga masyarakat semakin percaya terhadap dukun penyihir terutama dalam hal pengobatan akibat adanya gangguan-gangguan dan makhluk lain.
Religi yang ada dalam kehidupan masyarakat tidak lepas dari adanya simbol religi. Apabila Durkheim menjelaskan bahwa simbol sebagai lambang klan dapat berfungsi sebagai totem yang mempersatukan setiap anggota klan dalam suatu upacara ritual yang dilaksanakannya, sedangkan Levy Strauss menyatakan bahwa simbol yang terdapat dalam religi di masyarakat lebih banyak pada simbol-simbol nyanyian, mantra, atau dongeng-dongeng yang dianggap dapat menyembuhkan orang yang sakit.
Mitos dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas dari adanya suatu keyakinan akan kejadian-kejadian dimasa lampau yang belum tentu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan, tetapi adanya keyakinan masyarakat akan adanya religi yang mempercayai mitos tentu memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan religi seperti yang dikemukakan oleh Durkheim maupun oleh Levy Bruhl.
Totem digambarkan berupa binatang ataupun tumbuhan yang dianggap memberikan pengaruh bagi pemujanya. Totem merupakan suatu lambang solidaritas sosial klan yang memberikan ikatan sebagai suatu integrasi bagi para anggotanya.
Religi yang dilakukan manusia hubungannya dengan fenomena alam, apabila diurutkan maka harus memenuhi tiga faktor, yaitu : (1) alat-alat yang dipergunakan, dalam bentuk wujud yang dicita-citakan individu atau masyarakat sebagai lambang dan suatu kepercayaan tertentu, (2) cara dalam melakukan ritual yang berhubungan dengan religi, dan ritual sebagai upacara keagamaan senantiasa dilakukan untuk menghormati yang masyarakat puja, (3) mantera-mantera diciptakan sebagai penguat keyakinan mereka terhadap hal-hal yang dianggapnya gaib.
Ketiga factor tersebut merupakan norma dalam menjalankan religi dan memiliki nilai magic yang dianggap memiliki kekuatan bagi yang menggunakannya. Adapun kekuatan tersebut memiliki sifat masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat seehingga masyarakat menjadikannya sebagai ajimat yang memiliki kekuatan gaib siap digunakan setiap saat. Kekuatan tersebut ada yang (1) bersifat menghancurkan dalam bentuk kerusakan, penyakit, dan kematian; (2) bersifat melindungi bagi yang menggunakannya baik dalam menghadapi tantangan alam, gangguan dari binatang buas, maupun gangguan dari manusia lain yang dapat merorongrong harta milik pribadi; dan (3) bersifat produktif, yaitu untuk menghasilkan suatu barang atau jasa guna menunjang perekonomian keluarga atau masyarakat.
Perlu dibedakan antara pengertian magic dan religi. Magic menyatakan kemauan untuk menguasai sedangkan religi suatu sikap rohani yang mengbdi atau menghamba terhadap kekuasaan –kekuasaan alam. Religi lebih menekankan kepada penyerahan diri terhadap yang diyakini masyarakat, sedangkan magic lebih menekankan pada bentuk penguasaan yang bersifat menghancurkan, melindungi, dan produktif.
Pekembangan berikutnya, setelah manusia menciptakan sendiri kepercayaanya masing-masing lalu muncul agama yang dinilai universal yaitu islam, Kristen, dan budha. Karena masing-masing agama ditujukan kepada dunia terbuka yang merupakan supranation acceptance. Di Asia Selatan ddan Asia Timur seolah-olah sistem kepercayaan ini lebih banyak interpeenetrasi dibandingkan dengan di Asia Barat daya dan di Eropa. Keberadaan agama budha yang berbaur dengan agama lain Nampak pada tradisi Cina dalam pemikiran dan ritual yang dipadu dengan kepercayaan setempat, seperti dengan Taoisme (agama To) dan Konfusianisme (agama Kong Khu Cu).
C. Pembangunan di Indonesia
Pembanguna di Indonesia sudah selayaknya berorientasi kepada budaya bangsa karena untuk mencapai keselarasan harus memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa selain tentunya memperhatikan kondisi dunia yang semakin mengglobal.
Globalisasi, membawa dampak terhadap proses pembangunan Indonesia yaitu akan membawa peralihan dari kehidupan tradisional-terisolasi menuju kehidupan modern dan terbuka. Dampaknya selain menuntut perilaku dan gaya hidup modern, juga menuntut integritas pribadi, kinerja, dan produktivitas yang tinggi sebagai ciri manusia modern.
Kualitas kehidupan masa kini dapat ditunjukan dengan sejumlah cirri sebagai berikut :
1. Kualitas kehidupan global suatu kehidupan yang dicirikan dengan proses dengan kemajuan, kemakmuran, dan modernisasi ekonomi. Globalisasi terkait dengan investasi dan alih teknologi antar Negara yang berdimensi ganda, yaitu dapat menimbulkan dampak positif dan sekaligus dampak negatif. Dampak globalisasi adalah terciptanya ketidakseimbangan antara kepentingan-kepentingan Negara kaya dan industry besar di suatu pihak dan kepentingan Negara berkembang dan rakyatnya dilain pihak.
Karena globalisasi tidak dapat dihindari, respon yang terbaik untuk menyongsong globalisasi tersebut adalah bagaimana masyarakat Indonesia dapat belajar dari Negara-negara maju ketika mereka merelokasi modalnya di Negara dunia ketiga, seperti dengan ikut magang tau praktek kerja dan bagaimana cara mereka meningkatkan kompetensi, kinerja, dan produktivitas.
2. Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi tidak kalah penting perananya dalam mendorong proses globalisasi. Dalam dimensi ekonomi global, perkembangan teknologi komunikasi sangat jelas kedudukannya, yaitu dapat berdampak positif jika masyarakat dunia mampu memanfaatkan teknologi ini secara efektif untuk membeuka akses penawaran produksi dan jasa ke dunia internasional.
Dampak dari perkembangan teknologi informasi terhadap kehidupan budaya juga sangat terasa. Komunikasi yang lebih interaktif menjangkau kelompok masyarakat yang luas dan terkomunikasikan secara interpersonal (de-massified) dan asynchronous yang berarti penerimaan pesan oleh masing-masing individu tidak seragam dan sangat bervariasi sesuai kebutuhan dan keadaan pada masing-masing individu penerima pesan.
3. Dunia yang menghadapi perdagangan pasar besar (WTO) sebagai dampak lanjutan proses globalisasi. Dalam dimensi pasar bebas, globalisasi dianggap sebagai suatu proses strukturisasi dunia sebagai suatu keseluruhan yang menghadirkan dua kecenderungan yang saling bertentangan sekaligus, yaitu proses penyeragaman dan pemberagaman, sehingga membuat interaski rumit antara lokalisme dan globalisme.
4. Menguatnya tekanan penduduk terhadap berbagai sendi kehidupan. Masyarakat dunia tentu saja membutuhkan kehidupan yang layak, perlu bahan pangan, sandang dan fasilitas kehidupan lainnya yang diambil dari sumber daya alam yang jumlahnya semakin terbatas. Karena itu dibidang energi perlu adaupaya alternatif untuk menggantikannya atau melahirkan teknologi canggih yang hemat energi dan hemat bahan baku. Dibidang pertanian perlu energi alternatif seperti bioteknologi dalam meningkatkan produktivitas dan diversifikasi bahan pangan dan bahan konsumtif lainnya. Dan dibidang proverti perlu dipikirkan bahan bangunan yang efisien dan ramah lingkungan.
5. Kehidupan Indonesia di masa sekarang nampaknya diwarnai pula oleh kecenderungan kapitalisme media masa yang mengarah pada penelanjangan hak-hak privasi orang dalam mengekspresikan kebebasannya, yang terkadang pada sejumlah sisi dapat merusak (destruktif) nama baik dan moralitas masyarakat tertentu. Gejala ini muncul seiring dengan mencairnya kebebasan dan transparansi di satu sisi dengan tumbuh kembangnya dunia hiburan dan sikap hidup hedonisme pada sisi yang lain.
Dampak berikutnya akan memunculkan budaya permisif yang sedikit demi sedikit melonggarkan budaya bangsa. Fakta ini dapat dirasakan ketika tayangan media massa baik cetak maupun elektronik, yang tidak dapat dengan mudah dicegah ketika mereka menayangkan pornografi dan pornoaksi.
Gambaran dunia yang sedemikian beragam dan berteknologi semakin canggih perlu ada kebijakan pembangunan di masa depan bagi Indonesia yaitu:
  1. Proses globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu ciri kehidupan di masa datang. Dampak positifnya akan mendorong seluruh wargabangsa di dunia untuk dapat meningkatkan integritas pribadi, kompetensi, kinerja dan produktivitasnya. Dampak negatifnya dapat menimbulkan kapitalisme dan penjajahan gaya baru, persaingan pasar bebas yang (bisa jadi) hanya menguntungkan negara-negara industri kuat.
  2. Dampak kemajuan teknologi informasi juga menuntut anak bangsa untuk bijak mensikapi pengaruh dari perkembangannya. Selain itu, bagaimana anak bangsa dapat ikut serta berkiprah ambil bagian pada kemajuan tersebut terutama yang terkait dengan desakan perdagangan pasar bebas (WTO). Langkah satu-satunya untuk mengimbangi dan mengunggulinya adalah dengan penguasaan dunia informasi dan meingkatkan daya saing produk baik barang maupun jasa. Bangsa Indonesia harus membangun pendidikan yang bermutu.
  3. Pada masa yang akan datang pertumbuhan penduduk akan terus semakin tinggi, dampaknya akan mendorong eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, penurunan kualitas lingkungan, perebutan penguasaan lahan, dan memicu tumbuhnya terorisme dunia. Visi pembangunan bangsa Indonesia harus mengimbanginya dengan cara menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya perencanaan kehidupan berkeluarga, memperkuat jalinan pernikahan yang bertanggung jawab dan harmonis, kesadaran terhadap kelestarian lingkungan hidup, kearifan menggunakan sumber daya alam, dan penemuan teknologi baru yang lebih efisien untuk menjamin tersedianya sumber pangan dan energi.
  4. Dorongan untuk memunculkan sikap etnosentris juga akan terus berkembang ketika modernisasi di tanah air mengalami kesenjangan. Isu pembangunan Indonesia timur harus segera dituntaskan sehingga pemerataan kesejahteraan bangsa secepatnaya dirasakan mulai dari barat sampai timur Indonesia. Kecenderungan munculnya sikap etnosentris harus diimbangi dengan kesadaran multikultur yang kuat. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia harus dihidupkan kembali dengan wacana yang lebih kontekstual dan dapat dirasakan bersama.
  5. Akibat lanjutan dari perkrbangan teknologi informasi adalah tumbuh kembangnya keterbukaan informasi melalui media massa. Hak-hak yang ingin menunjukkan ekspresi kebangsaan akan terus menguat dan berbagai teguran juga akan mengalir dari kalangan yang peduli moral bangsa. Transparansi akan terus didengungkan beriringan dengan budaya permisif yang secara lembut masuk pada budatya bangsa. Visi ke depan dalam menghadapi masalah ini adalah bagaimana anak bangsa dan keluarga membina akhlak dan moral agar mampu hidup tanpa terbawa arus sikap hidup hedonisme yang menganggungkan kesenangan belaka. Moral agama adalah salah satu hal yang perlu terus dihidupkan dengan berbagai kemasan agar menarik dan menjadi gaya hidup anak bangsa.
Perangkat pembangunan yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk membangun sebenarnya telah dikonsepkan dalam susunan kesadaran setiap warga negara Indonesia, yaitu bahwa bangsa kita memiliki Modal Dasar Pembangunan Nasional yaitu:
  1. Kemerdekaan dan Kedaulatan Bangsa Indonesia.
  2. Kedudukan geografi Indonesia yang memberi kondisi alamiah serta kedudukan dan peranan strategi yang sangat tinggi nilainya.
  3. Sumber-sumber kekayaan alam.
  4. Jumlah penduduk yang besar.
  5. Modal rohaniah dan mental yaitu Keimana dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta keyakinan bangsa atas kebenaran falsafah Pancasila.
  6. Modal Budaya.
  7. Potensi efektif bangsa atau prestasi pembangunan yang telah dicapai, termasuk kekuatan sosial politik.
  8. Tentara Nasional Indonesia sebagai kekuatan Hankam dan Kekuatan Sosial.
SIMPULAN
Pembawa sifat pada manusia disebut genes , menurut ahli genetik keragaman manusia pada dasarnya diterima dari sejumlah sifat orang tuanya. Para ahli mengelompokan 3 ras manusia yaitu: ras Negroid, ras Mongoloid, dan ras Causasoid.
Unsur dan komponen lingkungan hidup terdiri atas: komponen lingkungan fisik, komponen biologi, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Ada dua aliran tentang perilaku manusia yaitu aliran fisis determinis dan aliran posibilitis.
Globalisasi bagi pembangunan Indonesia membawa proses peralihan yaitu dari kehidupan tradisional-terisolasi menuju kehidupan yg modern dan terbuka. Globalisasi dapat membawa dampak positif tetapi juga dapat membawa dampak negatif.
Terakhir admin berharap mudah-mudahan artikel ini banyak manfaat yang diperoleh oleh para pembaca mengenai manusia dan lingkungannya. Terutama bagi mereka yang mau bersilaturahmi ke Adin Blog’s dan membaca konten yang ada didalamnya.
REFERENSI
Sapriya, dkk. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKn Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Artikel Terkait :

Pengunjung