Makalah Teori Belajar dan Implikasinya | Pendahuluan | Teori-Teori Belajar | Teori Belajar Behaviorisme | Teori Belajar Kognitif..!!

Pada postingan kali ini penulis akan membahas Makalah Teori Belajar dan Implikasinya ini termasuk ke dalam Bidang Studi Mata Kuliah Landasan Pendidikan yang mana kali ini akan dibahas mengenai 1) Pendahuluan 2) Teori-Teori Belajar diantaranya a) Teori Belajar Behaviorisme a) Teori Belajar Kognitif, yang mudah-mudahan bermanfaat buat semuanya khususnya yang sudah mampir silaturahmi dan mau membaca artikel yang ada di Adin Blog's ini.
Fenomena pembelajaran dapat dijelaskan dan dimaknai oleh teori-teori belajar, oleh karena anda merupakan personel yang akan terlibat di dalampembelajaran maka pada bagian ini anda diajak berdiskusi tentang berbagai halyang berkaitan dengan teori-teori belajar dan implikasinya dalam suatupembelajaran.
Suatu teori bukan hanya dapat membantu dalam memahami fenomenapembelajaran, tetapi juga dapat menjelaskan dan memaknai setiap fenomenapembelajaran. Teori yang anda kuasai akan menjadi kerangka pikir dalammengambil putusan pendidikan atau pembelajaran, pisau pemilah dalampemecahan masalah, dan bahkan sebagai bagian hidup yang integratif.
Makalah ini dirancang dengan mengetengahkan lima teori belajar danimplikasinya dalam pembelajaran. Pembahasan teoritis dan contoh-contohnyadisajikan pada Bab II, yang materinya mencakup teori belajar (1)behaviourisme,(2)humanisme,(3)kognitif,(4)konsep,(5)teori belajar bermakna dan disajikanpula beberapa implikasi teori tersebut dalam suatu pembelajaran.
PEMBAHASAN
1.1 Teori-Teori Belajar
Berbagai teori belajar yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajarandi Sekolah Dasar akan kita bahas bersama. Adapun paparan dalam prosespembelajaran berkaitan dengan teori belajar behavioristik, humanistik, teorikognitif, teori belajar bermakna, dan teori belajar konsep
1.1.1 Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme terdiri dari kata Behave yang berarti berperilaku dan Isme yang berarti aliran. Dilihat dari arti susunan katanya, teori belajar Behaviorisme menitikberatkan pada perubahan tingkah laku. Karakteristik esensial dari teori belajar ini adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di suatu lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun faktor internal lain yang terjadi pada diri seseorang tersebut.
Teori belajar ini terfokus pada munculnya respon terhadap berbagai stimulus. Stimulus adalah segala sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon adalah segala tanggapan atau reaksi yang diberikan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Seseorang dikatakan belajar apabila mengalami perubahan tingkah laku. Oleh karena itu pengukuran terhadap stimulus dan respon merupakan hal yang penting. Disamping itu juga ada faktor lain yang dianggap penting yaitu penguatan (Reinforcement), apabila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, dan sebaliknya.
Teori Behaviorisme cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Disiplin merupakan hal yang harus dijunjung tinggi. Kegagalan dianggap sebagai seuatu kesalahan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Beberapa tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada teori belajar ini adalah:
a. Teori Classical Coditioning Ivan Pavlov
Secara garis besar Pavlov mencermati arti pentingnya penciptaan kondisi atau lingkungan yang diperkirakan dapat menimbulkan respon pada diri siswa. Pada percobaannya Pavlov mencermati seekor anjing. Dia berharap agar air liur anjing itu bisa keluar bukan karena adanya suatu makanan akan tetapi karena adanya kondisi tertentu yang sengaa dibuat.
Implikasi teori ini dalam pembelajaran dapat diilustrasikan sebagai berikut: jika anak diminta untuk menghafal suatu ayat oleh seorang guru, akan tetapi pada hasil akhir (rapor) anak tersebut tidak mendapat nilai yang lebih dibanding teman-temannya, kelak jika guru tersebut meminta kembali untuk menghafal sesuatu maka anak tersebut akan malas menghafal karena tau bahwa hafal maupun tidak nilainya akan tetap sama. Sebaliknya apabila pada saat guru meminta siswa untuk menghafal ayat dan didepan disediakan hadiah (pensil, penggaris, buku, dan sebagainya) maka dengan sendirinya anak akan berusaha keras untuk menghafal untuk mendapatkan hadiah.
b. Teori Stimulus-Response John B. Watson
Pendekatan teori ini lebih menekankan pada peran stimulus dalam menghasilkan respon karena pengkondisian, mengasimilasikan sebagian besar atau seluruh fungsi dari refleks. Karena itulah Watson dijuluki sebagai pakar psikologi S-R (Stimulus-Response). Dalam percobaannya, Watson mengamati seorang balita yang pada awalnya tidak takut pada tikus. Ketika suatu saat balita tersebut memegang tikus, dia mengeluarkan suara dengan tiba-tiba dan keras. Balita tersebut menjadi takut dengan suara tiba-tiba dan keras sekaligus takut dengan tikus. Akhirnya tanpa suara keras pun balita tersebut takut dengan tikus.
Implikasi teori ini dalam pembelajaran dapat diilustrasikan sebagai berikut: jika guru menulis soal di papan tulis kemudian meminta siswa untuk mengerjakannya, seorang siswa maju kemudian mengerjakan soal akan tetapi jawaban yang diberikan salah. Guru tersebut langsung mencela tanpa menghargai usaha siswa. Suatu saat apabila guru tersebut meminta siswa untuk maju mengerjakan soal maka siswa akan takut untuk mengerjakan soal.
c. Teori Law of Effect Edward Thorndike
Dalam eksperimennya, Thorndike mengemukakan prinsip yang ia sebut hukum efek. Hukum ini menyatakan bahwa perilaku yang diikuti kejadian yang menyenangkan, lebih cenderung akan terjadi lagi di masa mendatang. Sebaliknya, perilaku yang diikuti kejadian yang tidak menyenangkan akan memperlemah, sehingga cenderung tidak terjadi lagi di masa mendatang.
d. Teori Operant Conditioning B.F. Skinner
1. Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip mendasar dari Operant Conditioning yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah perilaku yang telah ada. Prinsip-prinsip utamanya adalah reinforcement (penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan), discrimination (pembedaan), dan  Tokoh teori pembelajaran behaviorisme antara lain adalah B.F Skinner. Teori ini di dasari oleh asumsi bahwa:
1. Hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi
2. Tingkah laku dan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan
3. Komponen teori behavioral ini adalah stimulus respond an konsekuensi
4. Factor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam belajar adalah reinforcement
1.1.2 Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefrancois, 1985).
1. Teori Pekembangan Kognitif
Teori ini dikemukaan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur kognitif, peta mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan Piaget digambarkan lewat bagan perilaku inteligen sebagai berikut.
PERILAKU<=>STRUKTUR KOGNITIF<=>FUNGSI ASIMILASI-AKOMODASI<=>TUNTUTAN LINGKUNGAN
Individu bereaksi pada lingkungan melalui upaya mengasimilasikan berbagai informasi ke dalam struktur kognitifnya. Dalam proses asimilasi tersebut, perilaku indivisu diperintah struktur kognitifnya. Waktu mengakomondasi lingkungan, struktur kognitif diubah lingkungan. Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasi yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi terbaru. Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang yang terorganisasikan inilah yang diartikan sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif berisi sejumlah coding yang mengandung segi-segi intelek yang mengatur atau memerintah perilaku individu; perubahan perilaku mendasari penetapan tahap-tahap perkembangan kognitif.
2. Teori Kognitif Sosial
Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya berperan penting dalam belajar seseorang. Budaya adalah penentu perkembangan, tiap individu dipengaruhi oleh lingkungan utama budaya keluarga. Budaya lingkungan individu membelajarkannya apa dan bagaimana berpikir. Konsep dasar teori ini diringkas sebagai berikut.:
  • a. Budaya memberi sumbangan perkembangan intelektual individu melalui 2 cara, yaitu melalui budaya dan lingkungan budaya. Melalui budaya banyak isi pikiran (pengetahuan) individu diperoleh seseorang, dan melalui lingkungan budaya sarana adaptasi intelektual bagi individu berupa proses dan sarana berpikir bagi individu dapat tersedia.
  • b. Perkembangan kognitif dihasilkan dari proses dialektis (proses percakapan) dengan cara berbagi pengalaman belajar dan pemecahan masalah bersama orang lain, terutama prangtua, guru, saudara sekandung dan teman sebaya.
  • c. Awalnya orang yang berinteraksi dengan individu memikul tanggung jawab membimbing pemecahan masalah, lambat-laun tanggung jawab itu diambil alih sendiri oleh individu yang bersangkutan.
  • d. Bahasa adalah sarana primer interaksi orang dewasa untuk menyalurkan sebagian besar pembendaharaan pengetahuan yang hidup dalam budayanya.
  • e. Seraya bertumbuh kembang, bahasa individu sendiri adalah sarana primer adaptasi intelektual, ia berbahasa batiniah (internal language) untuk mengendalikan perilaku.
  • f. Internalisasi merujuk pada proses belajar. Menginternalisasikan pengetahuan dan alat berpikir adalah hal yang pertama kali hadir ke kehidupan individu melalui bahasa.
  • g. Terjadi zone of proximal development atau kesengajaan antara sanggup dilakukan individu sendiri dengan yang dapat dilakukan dengan bantuan orang dewasa. Konsep zone of proximal development merujuk pada zona yang mana individu memerlukan bimbingan guna melelanjutkan belajarnya
  • h. Karena apa yang dipelajari individu berasal dari budaya dan banyak di antara pemecahan masalahnya ditopang orang dewasa, maka pendidikan hendaknya tidak berpusat pada individu dala isolasi dari budayanya.
  • i. Interaksi dengan budaya sekeliling dan lembaga-lembaga sosial sebagaimana orangtua, saudara sekandung, individu dan teman sebaya yang lebih cakap sangat memberi sumbangan secara nyata pada perkembangan intelektual individu.
3. Teori Pemrosesan Informasi
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya dalam proses belajar dan menggambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses kendali atau pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk menyimpan informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).
Prinsip-prinsip teori kognitif:
  • a. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
  • b. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
  • c. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Implikasi teori kognitif Piaget dalam pembelajaran:
  • a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
  • b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  • c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
  • d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
  • e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran:
  • a. Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya,
  • b. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks,
  • c. Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
  • d. Memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Kelebihan Teori Belajar Kognitif:
  • 1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
  • 2. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Kekurangan Teori Belajar Kognitif:
  • 1. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
  • 2. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
  • 3. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
Tokoh teori kognitif adalah Jerome bruner. Teorinya di dasarkan pda asumsi bahwa :
  • 1. Individu mempunyai kemampuan memproses informasi
  • 2. Kemampuan memproses informasi tergantung kepada faktor kognitif yang perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahap usianya
  • 3. Belajar adalah proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi
  • 4. Hasil belajar adalah perubahan struktur kognitif
  • 5. Cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda sesuai tahap perkembangannya
Artikel Pembahasan Terkait :
Makalah Teori Belajar dan Implikasinya | Implikasi Teori Belajar | Implikasi Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran | Implikasi Teori Humanisme dalam Pendidikan | Implikasi Teori Kognitif dalam Pendidikan..!!

Pengunjung