Contoh Penulisan Bab 1 Skipsi Fakultas Kesehatan Masyarakat | Risiko Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Umur 25-44 | Tahun Yang Baik dan Benar Tahun 2013.!!

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia penyakit dermatitis termasuk dalam sepuluh besar penyakit terbanyak dan menempati urutan ke lima. Jumlah penderita penyakit dermatitis cenderung terus bertambah. Tinggi masalah penyakit kulit karena kesadaran tentang hidup sehat masyarakat yang kurang, faktor ekonomi, lingkungan, kebersihan badan yang kurang atau yang lainnya (www.E-doc.com).
Masalah kesehatan di tempat kerja nomor satu di AS dan negara lain yang sangat industrialis. Sejumlah besar pekerja kantor juga mengalaminya saat ini (khususnya dalam lingkungan yang kering dan pada musim dingin) disebabkan oleh kombinasi transepidermal (kulit) kehilangan air dan bahan kimia residu (Formaldehyde dan Pemutih) dalam kertas daur ulang yang mereka tangani setiap hari. Di rumah (atau di laboratorium) ibu-ibu (dan beberapa bapak) mendapatkan apa yang disebut ,”dishpan hands” (tangan pencuci piring). Juga mempengaruhi anak-anak dan remaja yang biasanya alergi pada nikel, makanan, sabun, bahan kimia, deterjen atau setiap bahan alergen atau iritan lainnya (www.Skinsite.com).
Jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20% (www.Skinsite.com).
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator-mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatitis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi. Umumnya disebabkan oleh bahan kimia (asam, basa, pelarut dan oksidan), juga tergantung dari jumlah dan lama paparan dari bahan iritan (www.Nutripharm.net).
LAMBUNG ANDA BERMASALAH ?
INI SOLUSINYA !!!
HERBAL ORGANIK INI TERBUKTI AMPUH  
ATASI MASALAH LAMBUNG, INSYAALLOH
Contact Person / WhatsApp 085223438118
Dermatitis kontak iritan terjadi karena kerusakan organ kulit secara langsung (bukan suatu proses imunologis) akibat efek toksik bahan yang bersifat kimiawi ataupun fisik yang menempel dipermukaan kulit. DKI kronis terjadi karena bahan penyebab seperti sabun, pelarut, air, deterjen, minyak sintesis, kerosen, formalin, merkuri anorganik, terpentin, photographic develover dan lain-lain yang menempel pada kulit dalam jangka waktu panjang. Kelainan yang ditimbulkan adalah dalam beberapa hari bahkan sampai beberapa bulan setelah terkena bahan penyebab, kulit akan terasa gatal, tampak kering, kasar, bersisik halus, kemerahan, menebal, kadang kulit pecah-pecah (www.skinsite.com).
Dermatitis kontak iritan adalah lebih umum dari dermatitis kontak alergi dan dapat terjadi pada siapa pun. Ini terjadi ketika yang menjengkelkan atau kasar substansi sebenarnya merusak kulit. Dermatitis kontak iritan biasanya dimulai sebagai bercak-bercak gatal, kulit bersisik atau ruam merah, tapi dapat berkembang menjadi lepuh yang cairan, terutama jika kulit teriritasi lebih lanjut dari menggaruk. Itu umumnya terjadi di tempat kontak dengan zat yang mengganggu. Daerah di mana lapisan terluar kulit tipis, seperti kelopak mata atau di mana kulit kering dan pecah-pecah lebih rentan terhadap iritasi dermatitis kontak (www.Allederm.com).
Pada kondisi tertentu di tempat kerja, yakni udara panas dan pengap atau suhu ruang yang amat dingin, berpakaian nilon dan lain-lain dapat meningkatkan kepekaan kulit atau memudahkan kulit pekerja terkena DKI. DKI itu sendiri adalah penyakit kulit yang terjadi akibat menempelnya sesuatu bahan atau unsur sesitizer pada permukaan kulit. Proses terjadinya penyakit tergantung sistem kekebalan seseorang yang ditandai dengan kulit gatal kemerahan, bengkak, terdapat bintil merah, bintil berair berjumlah banyak yang tampak tidak hanya terbatas pada area kulit yang terkena bahan penyebab tetapi dapat meluas di luar area kulit yang terkena bahan penyebab bahkan dapat ke seluruh permukaan kulit (www.Nutripharm.net).
Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Frekuensi ekzem tangan pada wanita lebih tinggi dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik. DKI bisa mengenai siapa saja, yang terpapar iritan dengan jumlah yang sufisien, tetapi individu dengan dengan riwayat dermatitis atopi lebih mudah terserang (http://www.emerdicine.com).
Dermatitis kontak iritan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas. Kejadian dermatitis kontak iritan disebabkan karena kondisi lingkungan yang beriklim tropis dan lembab, keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan yang jelek, keadaan sosial ekonomi yang rendah serta kepadatan penduduk (www.Allederm.com).
Pernah dilaporkan terjadinya depigmentasi kulit oleh pemakaian sabun yang mengandung fenol. Sabun sebagai iritan utama dapat merupakan faktor yang memperlambat penyembuhan dari eksema pada tangan. Untuk menghindari reaksi iritasi ini kurangi pemakaian sabun, (http://dermnetnz.org).
Dermatitis kontak iritan yang terjadi pada tangan, disini tampak perubahan khas dermatitis merah, skuamasi, berair berbentuk vesikel, hiperkeratosis dan terbentuk fisura. Hal ini timbul karena kontak iritan misalnya deterjen dengan konsentrasi tinggi, sabun, alkali dan zat-zat pelarut. Reaksi serupa cenderung terjadi di bawah cin-cin bukan reaksi alergi (www.Skinsite.com).
Pajanan bahan iritan dapat menyebabkan munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut dan vehikulum juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih menebal demikian pula gesekan dan trauma fisis (Adhi Djuanda, 2005 :141).
Dermatitis iritan sering kali merupakan akibat kumulatif dari bermacam-macam faktor lingkungan (mis. suhu ruangan dingin, minyak dan pelumas, pelarut, pembersih tangan). Tidak semua pekerja pada tempat yang sama akan menderita dermatitis iritan. Siapa yang terkena tergantung dari predisposisi individunya (mis. atopik lebih mudah terkena), hygienitas individu dan kondisi paparan. Iritan biasanya menyebabkan dermatitis pada tangan/lengan bawah. Efek iritan tergantung dari konsentrasi iritannya, karena itu biasanya hanya mengenai daerah kontak utama. (www.mediaindo.co.id).
Dermatitis kontak iritan akibat paparan sabun, deterjen maupun antiseptik yang paling sering dijumpai adalah housewife’s eczema atau hand dermatitis, ditandai dengan erupsi di jari-jari tangan, sela-sela jari tangan serta punggung tangan pada wanita yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan mencuci (www.Skinsite.com, Hand Dermatitis).
Kosmetika merupakan bahan yang digunakan untuk memelihara kulit, mempercantik diri dan rias rupa, sehingga seseorang menjadi cantik, menarik dan lebih muda. Sebaiknya perlu diwaspadai bilamana terjadi efek samping yang mungkin timbul akibat pemakaiannya. Terjadinya efek samping pada pemakaian kosmetik dapat diakibatkan oleh berbagai hal. Diantaranya disebabkan oleh : kontak langsung dengan beberapa bahan sensitizer, pemakaian kosmetik yang berlangsung lama, cara pemakaian kosmetik yang salah, dan ketidakcocokan kulit seseorang terhadap bahan aktif atau bahan dasar yang terkandung dalam kosmetika (http://www.merck.com)
Efek samping kosmetik yang sulit diramalkan terjadinya adalah berupa dermatitis kontak alergika yang ditandai dengan rasa gatal pada kulit dan dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan rasa perih dan panas pada kulit. Efek samping yang lain dijumpai pada kulit dapat berupa biduran, rasa menyengat pada kulit, dan fotoreaksi yang merupakan kelainan kulit yang terjadi akibat paparan sinar matahari pada kulit yang menggunakan kosmetika. dermatitis kontak iritan, kulit rusak ketika datang dalam kontak dengan zat-zat yang keras, seringkali bahan kimia yang secara langsung melukai lapisan luar kulit, menyebabkan gejala (www.Nutripharm.net).
Penelitian menunjukkan bahwa sampai 10% dari populasi akan memiliki beberapa jenis reaksi terhadap kosmetik selama seumur hidup. Reaksi kosmetik terjadi lebih sering pada perempuan, kemungkinan besar karena perempuan cenderung menggunakan lebih banyak produk kosmetik daripada laki-laki (www.Nutripharm.net).
Kelainan baru muncul 8 sampai 24 jam atau lebih setelah kontak.
Pada DKI riwayat terperinci sangat dibutuhkan karena diagnosis dari DKI tergantung pada adanya riwayat paparan iritan yang mengenai kulit. Diagnosis DKI didasarkan anamnesis cermat dan pengamatan gambaran klinis. Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta menyingkirkan factor yang memperberat. (http://www.emedicine.com/specialties.htm).
Faktor tempat kerja adalah yang paling umum menyebabkan dermatitis pada tangan. Khususnya sering jika kulit didekatkan pada detergen (misal pencuci rambut dan shampo) dan pelarut (misal cat), bagian kulit yang terkena pada lapisan pelindung alami. Gesekan dan luka yang berulang juga merusak kulit. Pembuat iritasi menghasilkan lebih banyak kerusakan ketika dermatitis mulai terbentuk; beberapa menit pemecahan menghasilkan peradangan yang dapat berakhir selama beberapa bulan. Ini disebut dermatitis kontak iritan (http://visualdxhealth.com).
Hygiene Perorangan ini dapat digambarkan dengan cara mencuci tangan. Karena tangan merupakan anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk malah akan memperparah kerusakan kulit. Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan terhadap penyakit kulit (Cohen, 1999).
Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa bahan kimia yang menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang kali. Baju kerja yang telah terkena bahan kimia akan menjadi masalah baru bila dicuci di rumah (Olifshiski, 1985). Karena apabila pencucian baju dicampur dengan baju anggota keluarga lainnya maka keluarga pekerja juga akan terkena dermatitis. Sebaiknya baju pekerja dicuci setelah satu kali pakai atau minimal dicuci sebelum dipakai kembali (Hipp, 1985).
Kebersihan kuku dapat memperparah dermatitis kontak iritan dan berisiko menyebabkan infeksi dengan garukan, ada beberapa cara untuk mengatasi gatal dan garukan: dengan memakai sarung tangan saat tidur; Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi gatal di malam hari; Selalu memotong pendek kuku; Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat digunakan untuk membantu supaya bisa tidur, (www.medicastore.com).
Kebersihan (hygiene) perorangan yang buruk merupakan cermin dari kondisi lingkungan dan perilaku individu yang tidak sehat. Penduduk miskin dengan kebersihan diri buruk mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita dermatitis kontak iritan (Baden, 1991).
Personal hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak iritan. Analisis hubungan antara personal hygiene dengan dermatitis kontak iritan menunjukkan bahwa personal hygiene yang memenuhi syarat sebesar 23 responden (32,9%) sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebesar 47 responden (76,1%) dan responden yang menderita dermatitis kontak iritan sebesar 42 responden (60%). Dari uji statistik yang dilakukan dengan chi square dengan taraf kesalahan 5% (0,05) didapatkan nilai p hitung sebesar 0,013 dengan koefisien kontingensi 0,286. Nilai p hitung lebih kecil dari taraf kesalahan yang ditetapkan (0,013<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis pada pekerja pengangkut sampah. Untuk mengurangi risiko terkena dermatitis pada pekerja pengangkut sampah disarankan agar alat pelindung diri pada saat bekerja serta menjaga kebersihan perorangan (personal hygiene) (http://www.emedicine.com).
Berdasarkan laporan dari bagian Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya diperoleh bahwa penderita penyakit dermatitis tahun 2006 sebanyak 1330 orang (25,9%), 2007 sebanyak 1788 orang (34,8%) dan 2008 sebanyak 2019 orang (39,3%). Dengan demikian mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, dengan perempuan menduduki urutan pertama yaitu sebesar 1150 kasus (56,96%) dan laki-laki sebanyak 869 kasus (43,04%) pada tahun 2008. Kasus yang paling banyak terjadi pada bulan Januari – Juli tahun 2009 pada dermatitis kontak iritan sebanyak 1355 kasus. Dilihat dari rekapitulasi laporan Poliklinik Kulit dan Kelamin per bulan dengan angka kesakitan dermatitis kontak iritan menurut golongan umur (≤ 5) tahun jumlah kasus sebanyak 2,8% kasus, golongan umur (6-14) tahun sebanyak 5,2% kasus, golongan umur (15-24) tahun sebanyak 34,3% kasus, golongan umur (25-44) tahun sebanyak 39,5% kasus, golongan umur (45-54) sebanyak 10,7% kasus dan golongan umur (≥ 55) tahun sebanyak 7,5% kasus. Hal ini ditunjang dengan adanya kontak bahan iritan seperti (air, sabun, deterjen, kosmetik dan lain-lain), dan masih kurangnya personal hygiene seperti (memotong kuku, berganti pakaian, cuci pakaian, mencuci tangan pakai sabun dan lain-lain). Hal ini disebabkan karena kurang kesadaran akan pentingnya penerapan pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Faktor-Faktor Risiko Penyakit Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Pada Pasien Rawat Jalan Usia 25-44 Tahun Di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya”.
B. Perumusan Masalah
Di RSUD Kota Tasikmalaya khususnya di bagian Poliklinik Kulit dan Kelamin kejadian dermatitis sangat tinggi yakni menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbesar yang ada di Poliklik Kulit dan Kelamin dengan jumlah kasus sebesar 39,3% pada tahun 2008 dilihat dari rekapitulasi laporan penyakit pertahun. Sedangkan pada bulan Januari - Juli 2009 angka kesakitan dermatitis kontak iritan masih cukup tinggi yakni dengan jumlah kasus sebanyak 536 orang. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah yang menjadi pertanyaan peneliti sebagai berikut : “Faktor – faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan penyakit dermatitis kontak iritan pada pasien rawat jalan usia 25 – 44 tahun di Poliklinik Kulit Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya ? “.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor risiko penyakit dermatitis pada pasien penyakit dermatitis rawat jalan usia 25 – 44 tahun di Poliklinik Kulit Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Membuktikan kontak bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi sebagai faktor risiko penyakit dermatitis kontak iritan pada pasien rawat jalan usia 25-44 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
b. Membuktikan lama kontak dengan bahan-bahan iritan pasien sebagai faktor risiko penyakit dermatitis kontak iritan pada pasien rawat jalan usia 25-44 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
c. Membuktikan frekuensi kontak dengan bahan-bahan iritan pasien sebagai faktor risiko penyakit dermatitis kontak iritan pada pasien rawat jalan usia 25-44 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat/Responden
Sebagai masukan kepada masyarakat, khususnya diwilayah penelitian akan pentingnya lama dan frekuensi kontak dengan bahan-bahan iritan yang kontak terhadap kejadian dermatitis kontak iritan.
2. Bagi RSUD Kota Tasikmalaya
Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi petugas dalam upaya menanggulangi penyakit dermatitis kontak iritan dengan pemberian pengobatan yang tepat guna.
3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai sumbangan dan bahan perbandingan akan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui faktor-faktor risiko penyakit dermatitis kontak iritan pada pasien rawat jalan usia 25-44 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Masalah

Lingkup masalah penelitian ini difokuskan pada hubungan antara kontak bahan iritan, lama kontak dengan bahan-bahan iritan dan frekuensi kontak dengan bahan-bahan iritan
2. Lingkup Metode
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan cross-sectional.
3. Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama di bidang Epidemiologi dan Penyakit Tropik.
4. Lingkup Tempat
Lokasi penelitian dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kota Tasikmalaya.
5. Lingkup Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah penderita penyakit dermatitis kontak iritan rawat jalan usia 25-44 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kota Tasikmalaya.
6. Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009.

Baca Juga Contoh Penulisan Skripsi Terkait :
Contoh-Contoh Judul Skripsi Pendidikan

Contoh Penulisan Kaper Skripsi
Contoh Penulisan Abstrak Skripsi PTK
Contoh Penulisan Artikel Skripsi
Contoh Penulisan Lembar Pengesahan
Contoh Penulisan Lembar Pernyataan Skripsi
Contoh Penulisan Lembar Persembahan Skripsi
Contoh Penulisan Kata Pengantar Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Isi Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Tabel Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Gambar Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Lampiran Skripsi
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Skripsi
Contoh Penulisan Proposal Skripsi PTK
Contoh Tugas Akhir D2 PGTK
Contoh Abstrak Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Contoh Penulisan Latar Belakang Masalah  Skripsi PTK
Contoh Draft Skripsi Pengaruh Anggaran
Contoh Teknik Menganalisis Skripsi yang Baik
Contoh Penulisan Agenda Kegiatan Penyusunan Skripsi

Baca Juga Artikel Yang Lainnya :
- Kumpulan Makalah Pendidikan
- Contoh Surat Lamaran Pekerjaan
- Contoh Proposal Permohonan Bantuan Dana
- Berbagi Contoh Surat Proposal & Makalah
- My Arsip Plus
- Info Harga Sekitar Tasik
- Kumpulan Artikel Islam

Pengunjung