Pemikiran Ke Arah Aplikasi Psikologi Belajar | Mata Kuliah Psikologi Pendidikan..!!

Sahabat Adin Blog's yang saya cintai, pada postingan kali ini saya akan memberikan salah satu contoh makalah psikologi belajar yang mana ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Psikolologi Pendidikan, adapun untuk penampakan yang lebih jelasnya mengenai pembahasan yang dikaji serta point-point pentingnya, sama rujukan sumber kutipannya yang ada di dalam makalah sederhana ini mari kita sama-sama simak pembahasannya di bawah ini :
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa. Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara umum teori belajar di kelompokan dalam tiga kelompok atau aliran meliputi:
 (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitif (3) Teori Belajar Humanistik.
Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai teori belajar dan implikasi teori belajar psikologi tersebut.

B.    Rumusan Masalah
        Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Apa pengertian teori belajar behavioristik, kognitif , dan humanistik ?
2.    Bagaimana aplikasi teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik ?
3.    Apa implikasi teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik ?

C.    Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan
2.    Mengetahui pengertian teori-teori belajar psikologi
3.    Mengetahui aplikasi dari teori-teori belajar psikologi 
4.    Mengetahui bagaimana implikasi teori-teori belajar psikologi dalam pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Belajar Psikologi Behavioristik
1.    Pengertian Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Behaviorisme sebagai sebuah teori psikologi dan pembelajaran menjadi berpengaruh pada awal abad keduapuluh dan mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1950-an dan 1960-an. Teori tersebut berakar dari penelitian Ivan Pavlov di Rusia di sekitar pergantian abad yang lalu. Psikologi kognitif telah menghasilkan teori kognitif manusia yang sangat umum yang agak berbeda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. Konseptualisasi dasar ini pada umumnya disebut “model pemrosesan informasi manusia”. Gagasan dasarnya adalah bahwa manusia memproses informasi melalui serangkaian sistem yang berbeda.Teori belajar behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Belajar menurut teori psikologi belajar behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.

1.    Aplikasi Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajaran, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pembelajaran. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Demikian halnya dalam pembelajaran, belajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

2.    Implikasi Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Berikut ini merupakan implikasi dari teori belajar behavioristik :
1.    Individualisasi : Perlakuan individual didasarkan pada tugas, ganjaran, dan disiplin
2.    Motivasi : Motivasi belajar bersifat ektrinsik melalui pembiasaan secara terus-menerus atau melalui re-inforcement.
3.    Metode : Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tertentu serta menggunakan teknologi pendidikan
4.    Tujuan kurikuler : Tujuan kurikuler memusatkan pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku.
5.    Bentuk pengelolaan kelas : Berpusat pada guru, sedangkan hubungan sosial digunakan sebagai cara berkomunikasi, bukan sebagai tujuan pengajaran.
6.    Usaha mengefektifkan kelas : Program pengajaran disusun secara rinci dan bertingkat, dan proses belajar lebih mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan.
7.    Partisipasi siswa : Secara umum siswa menunjukkan perilaku pasif
8.    Kegiatan belajar siswa : Pemahiran keterampilan melalui pembiasaan bertahap, yaitu melakukan praktek setahap demi setahap secara rinci
9.    Tujuan umum : Pendidikan bertujuan mencapai kemampuan mengerjakan sesuatu atau mencapai tingkat kompetensi tertentu.

B.    Teori Belajar Psikologi Kognitif
1.    Pegertian Teori Belajar Psikologi Kognitif
Psikologi kognitif yang dipengaruhi oleh Kurt Lewin, John Dewey, dan Kohler, mempunyai pandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif. Cara belajar orang dewasa berbeda dari cara belajar anak, dimana cara belajar orang dewasa lebih banyak melibatkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Untuk menjelaskan proses belajar harus mempertimbangkan proses kognisi (pengetahuan) yang turut ambil bagian selama proses balajar berlangsung . Pengenalan terhadap sesuatu secara langsung yang melibatkan logika ataupun dengan pengalaman disebut discovery atau penemuan, sedangkan proses belajar yang melibatkan kognisi tingkat tinggi, disebut belajar dengan intuisi atau mungkin juga melalui wahyu.

2.    Aplikasi Teori Belajar Kognitif
Teori Piaget menjelaskan hubungan antara perbedaan individual, tujuan instruksional, prinsip belajar, dan metode mengajar. Berkaitan dengan perkembangan kognitif anak, ada dua pendekatan tentang readiness, yaitu tingkat perkembangan fungsi-fungsi kognitif dan pengetahuan anak pada mata pelajaran. Dua pendekatan itu akan memberikan pemahaman tentang perencanaan pendidikan yang tepat. Metode belajar discovery dan reception memberikan tambahan pengertian tentang cara-cara untuk mencapai tujuan.
Dan tidak semua metode mengajar cocok untuk membantu siswa untuk mencapai tujuan. Mengajar yang baik adalah melibatkan kecakapan dalam menentukan metode yang efektif. Teori gestalt banyak memberikan sumbangan menjelaskan hal ini.
Peletak dasar psikologi Gestalt ialah Max Wertheimer, kemudian dikembangkan oleh Kurt Lewin dengan “cognitive - field psychology” -nya. Psikologi Gestalt menyusun belajar itu ke dalam pola-pola tertentu. Jadi bukan bagian-bagian. Sedangkan prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut:
  • Belajar berdasarkan keseluruhan. Individu berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin.
  • Belajar adalah suatu proses perkembangan. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediannya mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.
  • Anak didik sebagai organisme keseluruhan. Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern, selain mengajar guru juga mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.
  • Terjadi transfer. Jika suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain.
  • Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Anak akan belajar dari pengalamannya bahwa kena api itu panas dan bisa membakar. Karena pengalamannya itu, ia tidak akan mengulangi lagi bermain api.
  • Belajar harus insight. Adalah seseorang melihat suatu pengertian (insight) tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu problem.
  • Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan
  • tujuan.
  • Belajar berlangsung terus-menerus. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah melalui pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupannya.
a.    Pembelajaran menurut Jean Piaget.
Piaget, mengemukakan tentang perkembangan kognitif anak sesuai dengan
perkembangan usia (= a cognitive developmental perpective). Prinsip teori
Piaget dalam praktek pembelajaran dipaparkan berikut.
  • Belajar aktif. Dalam kaitan ini ditekankan bahwa untuk membantu perkembangan kognitif anak, perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, dengan misalnya melakukan percobaan, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya dan sebagainya.
  • Belajar lewat interaksi sosial. Lewat interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan bervariasi dan mengarah pada banyak pandangan dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.
  • Belajar akan lebih berkesan lewat pengalaman sendiri.

b.    Pembelajaran menurut JA Brunner
Bruner, yang mengembangkan psikologi kognitif dengan menemukan metode belajar “discovery”. siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, guru mendorong siswa untuk mempunyai pengalaman-pengalaman dan menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut untuk menemukan prinsip prinsip bagi diri mereka sendiri.Dalam pengajaran disekolah, pembelajaran hendaknya mencakup : pengalaman-pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar dan pensturkturasi pengetahuan untuk pemahaman optimal dengan memperhatikan beberapa hal berikut :
  • Penyajian (1) penyajian ikonik dimana pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu, (2) penyajian simbolik berasumsi bahwa kemauan seseorang lebih memperhatikan preposisi/ pernyataan daripada obyek-obyek yang memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep.
  • Ekonomi : Penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah
  • informasi yang dapat disimpan dalam pikiran, dan diproses untuk mencapai pemahaman.
  • Kekuasan kekuatan diartikan sebagai kemampuan penyajian itu untuk menghubung-hubungkan hal-hal yang kelihatannya terpisah-pisah.
  • Perincian urutan penyajian materi pelajaran.
  • Cara pemberian “reinforcement”

c.    Pembelajaran menurut David Ausable
Ausubel berpendapat jika pengetahuan disusun dan disajikan dengan baik, siswasiswi akan dapat belajar dengan efektif melalui buku teks dan metode-metode ceramah. Prinsip-prinsip yang dapat mengefektifkan pembelajaran dikemukakan berikut:
    Pengaturan awal yang dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan
konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
    Deferensiasi progresif dimaksudkan bahwa dalam proses belajar bermakna
perlu ada pengembangan dan evaluasi konsep-konsep. Dengan cara
memperkenalkan unsur yang paling umum dulu baru yang lebih mendetail,
berarti pembelajaran dari umum ke kuhsus.
    Belajar super ordinat bermakna bahwa struktur kognitif anak mengalami
pertumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut.
    Penyesuaian integratif.

3.    Implikasi Teori Belajar Psikologi Kognitif
Adapun Impilikasi Teori Kognitivisme dalam dunia pendidikan yang lebih dispesifikasikan dalam Pembelajaran sesuai dengan Teori yang telah dikemukan diatas sebagai berikut:
•    Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
•    Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran :
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam benaknya.
•    Impilkasi Teori Bermakna Ausubel
Implikasinya dalam pembelajaran adalah seorang pendidik,, mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.Dan dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa.


C.    Teori Belajar Psikologi Humanistik
1.    Pengertian Teori Belajar Psikologi Humanistik
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

2.    Aplikasi Teori Belajar Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :   
1.    Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.    Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.    Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.    Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.    Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6.    Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.    Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.    Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

3.    Implikasi Teori Belajar Psikologi Humanistik
•    Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk).
a)      Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
b)      Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c)      Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d)      Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e)      Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f)        Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g)      Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h)      Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i)        Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
Adapun Implikasi teori belajar humanistik menurut Redja Mudyahardjo terhadap pendidikan adalah sebgai berikut :
1.    Individualisasi : Perlakuan individu didasarkan pada kebutuhan dan perkembangan individualitas/kepribadian anak,
2.    Motivasi : Motivasi belajar bersifat intrinsik dan menekankan pada pemuasan kebutuhan individu
3.    Metode : Dalam praktek pendidikan lebih menekankan pada pendekatan proyek yang terpaut, menekankan pada mempelajari kehidupan sosial
4.    Tujuan kurikuler : Pendidikan lebih memusatkan diri pada pengembangan sosial, keterampilan berkomunikasi, tanggap pada kebutuhan kelompok dan individu
5.    Bentuk pengelolaan kelas : Berpusat pada anak, anak bebas memilih bidang yang akan dipelajari, sedangkan guru membantu dan bukan mengarahkan
6.    Usaha mengefektifkan kelas :  Program pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik yang terpadu berdasarkan kebutuhan individual anak
7.    Partisipasi siswa : Partisipasi aktif dari siswa sangat diutamakan, dan anak belajar sambil bekerja
8.    Kegiatan belajar siswa : Mengutamakan pada belajar melalui pemahaman dan pengertian, dan bukan hanya memperoleh pengetahuan belaka
9.    Tujuan umum pendidikan : Pendidikan bertujuan mencapai kesempurnaan diri dan pemahaman.

Baca juga Makalah Sosiologi Pendidikan yang tidak kalah pentingnya.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Secara umum teori belajar di kelompokan dalam tiga kelompok atau aliran meliputi: Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Kognitif dan Teori Belajar Humanistik.
Teori belajar behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan.
Psikologi kognitif yang dipengaruhi oleh Kurt Lewin, John Dewey, dan Kohler, mempunyai pandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif.
Teori humanistik ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Setiap teori belajar diatas pastinya memiliki dampak yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran atau pendidikan. Seperti halnya teori belajar behavioristik dapat berpengaruh pada prosedur-prosedur pengembangan tingkah laku baru dapat dilakukan dengan reward dan punishment, dan shaping, modelling. Sedangkan teori humanistic pada Guru memfasilitasi siswa mempelajari dirinya sendiri, memahami perasaan dan tindakan yang dilakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
  • Ahmadi, Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2006.
  • El-Marosy, Azhar. [Online]. 2012. Teori Belajar Kognitivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan. Tersedia: http://pbi.al-alauddin.com/2012/04/teori-belajar-kognitivisme-dan.html.  [2 Desember 2013]
  • Wiryokusumo, Iskandar. [Online]. 2009. Behaviorisme, Kognivisme, Dan Konstruktivisme : Teori Belajar Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran. Tersedia: http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/index.php/unirow/article/view Behaviorisme-Kognivisme-Dan-Konstruktivism-Teori-Belajar-Dan-Implikasinya-Terhadap-Pembelajaran.html  [2 Desember 2013]

Pengunjung